25 March 2020

Hampir di Itali

HALO SEMUANYA?! APA KHABARRRR?!?!?!

*hening*
*blog ini sudah dianggap modyar*

Dari dulu-dulu pengen deh balik rutin ngeblog, tapi ada aja HTAG-nya alias Hambatan, Tantangan, Ancaman dan Gangguan, hih! 

Sebenernya ini cerita basi karena madingnya udah terbit udah sempet diceritain di Twitter kemarin atau dua hari yang lalu. Tapi ya bodo amat, dalam rangka memulai menghidupkan blog ini lagi dan supaya relevan dengan apa yang sedang terjadi saat ini, yuk mari diceritakan ulang. Azeg.

Berawal dari kepindahan gw ke Finlandia, Januari 2018, untuk Ph.D. Seperti yang pemirsa ketahui, posisi gw ada di bawah salah satu research platform yang baru dibentuk di uni gw. Saat itu direktur dari research platfor ini merekrut 7 researcher, 5 akan jadi mahasiswa Ph.D dan 2 orang adalah post-doct. Pada saat gw pergi ke Finland, gw dan 4 orang calon Ph.D lainnya punya kontrak kerja sebagai project resracher tapi belum enrolled sebagai mahasiswa Ph.D. Gw nggak tahu kenapa direktur tersebut nggak sekalian minta kami untuk submit proposal supaya begitu sampai di Finland udah sah sebagai mahasiswa Ph.D. Meski demikian, gw punya teori suudzon tentang hal ini, tapi nggak penting dibahas.

Singkat cerita, sampailah di Finland. Banyak gosip bertebaran kalau direktur kami ini nggak akur dengan pihak uni. Gongnya adalah keika dese resign ketika kami baru sekitar 2-3 minggu di Finland. Seperti mimpi di siang bolong!!! Bingung dong kami jamaah-jamaah calon penghuni surga Ph.D. Belum sebulan di Finland, bosnya resign dan ngga ngerti aturan main di Finland kayak apa. Nanya pihak uni, mereka ga bisa ngasih jawaban definitif di awal, ya wajar, karena kejadian seperti ini kan belum pernah dialami sebelumnya. 

Di tengah luntang-lantung tersebut, gw apply posisi Ph.D di tempat lain. Btw, kalau lu mau apply project based Ph.D (Ph.D yang menghire elu sebagai employee), sering ada disclaimer tuh bilang, 'Posisi ini equal tidak memandang background, blablablablabla....', sini gw kasi tahu, dusta. Nanti kapan-kapan kita bahas, kalau gw inget dan nggak males, pret. Gw apply cuma sekitar 5-6 posisi, berapa panggilan yang gw dapet? 3. Yes, 50% chance setelah posisi gw ada di Eropa, canggih itu kalau menurut gw. Interview pertama untuk posisi di Oulu (masih di Finland), gagal. Interview kedua untuk di Dublin, gagal maning son! Nggak sedih juga sebenernya, karena pada saat itu koleksi rejection akan lamaran Ph.D udah menggunung banget, bodo amat. 

Nggak lama, gw dapet panggilan untuk interview dari project Horizon2020. Beuhhhh, otak gw yang isinya cuma satu sel berhasil nembus H2020. H2020 ini semacem project elit, isinya konsorsium universitas di Eropa yang apply grant ke European Comission (EC), diseleksi terus boleh jadi EC nolak atau ngasih grant tersebut. Satu uni biasanya megang satu Working Package (WP). Calon Ph.D akan apply WP yang mana yang paling menarik untuk mereka. Kalau keterima, uni yang megang WP tersebut akan jadi home base buat si anak Ph.D tersebut, meski ada kesempatan untuk icip uni lain sesama konsorsium selama melakukan Ph.D.

Wow, gw antara excited dan males-malesan. Excited karena kok lolos buat interview? Tim seleksinya lagi pada setengah mabu' apa gimana. Males-malesan karena harus lengkapin dokumen dan nyiapin interview. Ndilalahnya, selang beberapa hari dari pengumuman H2020, dekan di tempat gw mengumpulkan kami, jamaah-jamaah yang kehilangan gembala ini, dekan bilang kalau kami nggak usah khawatir, kalian nggak dipecat dan bisa lanjut di sini. Kami diminta untuk apply secara proper untuk melanjutkan Ph.D. Wih, rasanya kayak abis makan di rumah makan Padang terus ngebuka kancing celana jins, fyuh banget. Pada saat itu gw langsung secara definitif ga pake mikir dua kali memutuskan untuk tetap tinggal di Vaasa. Pertama, hayati lelah buat nyiapin interview, sedangkan untuk apply Ph.D di mari, cuma perlu masukkin proposal. Ya nggak cuma sih, tapi gw lebih milih ngadepin komputer daripada ngadepin orang. Kedua, kalau gw lolos H2020 (cieeehhhh, situ ok?!), nanti gw malah bimbang ga bisa ambil keputusan (belajar dari pengalaman nih yeeee). Akhirnya dengan penuh keyakinan, gw kirim email pengunduran diri ke pihak uni yang akan jadi home base gw. Seperti yang sudah pemirsa tebak dari judul postingan ini, yap, calon home base uni gw di H2020 lokasinya di Itali. D'Annunzio University di Pescara.

Gw kayak langsung mak dheg gitu ya pas lagi palnga-plongo kemarin itu. I was this close *insert emoji pinching jempol dan jari telunjuk* to be in Italy during this outbreak. Gw sadar kalau gw belum tentu diterima dan hanya karena gw di Finland saat ini bukan berarti sehat sentosa aman tanpa ancaman. Tapi kebayang nggak tuh kalau saat ini gw di Itali, merinding deh. Nggak banyak yang gw ceritain kalo gw kepanggil H2020, tapi orang yang tau semuanya nanya, 'Buset dapet H2020 bukannya dicoba dulu malah main mundur aja. Kenapa lo?'

Kalau ada pemirsa yang ngira gw lagi halu dan ngarang bebas supaya dramatis dan ngisi konten, hih sorry! Jangan samakan aku dengan jamaah-jamaah fakir konten yang melakukan segalanya, misal, tetep syuting buat Youtube meski udah dibilangin ga boleh, ngok! 

Kalo penasaran, buka Google, liat siapa penerima email di atas, masukkin domainnya ke Google, 'unich it'
  
Cek ceunah, everything happens for a reason, ya mungkin ini salah satunya. Wallahualam bisowab.

No comments:

Post a Comment