20 October 2019

Hidup Tak Selebar Daun Kelor*

*daun kelor= Negara Nordik dan Eropa Barat

Agak nggak nyambung ya sama peribahasanya, tapi nggak apa-apa, namanya juga usaha maksa! Mau ngomongin yang agak serius dulu, mumpung masih terasa hawa-hawa bijak bestari sepulang dari Spanyol *ciehhh, yang pertama kali main ke Valencia terus jatuh cinteu*

Perjalanan gw ke barat di kala summer course kali ini membawa gw ke Budapest dan Valencia. Udah pada tahu lah, gw kan anaknya Western European-slash-Nordic Countries oriented banget kan *hoek*, yang kiblat kehidupannya selalu ke negara-negara tersebut.

'Pendidikan dasar yang bagus? Finland.'
'Work life balance? Belanda.'
'Parental leave? Nordik.'
'Gender equality? Nordik dan Eropa Barat.'
'Teknologi? Eropa Barat.'

Gw yakin pemirsa juga kesel sendiri, 'Sape lo Ning? bangga amat sama negara orang kek kontribusi membangun negara tersebut aja lu, pret!'

Sepulang dari Spanyol kemarin, gw kayak disadarkan, kalau yang namanya hidup mah ya hidup aja, Nordik dan Eropa Barat bukan segala-galanya. Hampir dua tahun tinggal di Finland dan hampir ga pernah ke mana-mana, kecuali ke Belanda summer 2018 atau course singkat ke Copenhagen yang mana masih Nordik, bikin gw culture shock pas nyampe Spanyol. Huwooooo, people living their life!!! Belum lagi banyak peserta summer course yang asalnya dari Spanyol atau dari negara berbahasa Spanyol semacam Amerika Latin bikin gw, 'Oh, ini ya rasanya koneksi sosial......yang berlebihan.' :))) 

Terus gw jadi semacam refleksi dengan segala rangking yang beredar di luar sana terutama happiness index yang beberapa tahun terakhir ini dipegang terus sama Finland. Gw malah jadi semakin skeptis. Awal-awal tahu tentang happiness index, gw udah paling excited sejagat raya, 'Lupakan GDP dan segala indikator ekonomi, happiness adalah yang hqq!!' Biasalah, zaman-zaman mazih muda kena pengaruh Amerika sebagai negara paling obses terhadap happiness. Sekarang? Gw liat orang di mana-mana dan banyak dari mereka yang hepi-hepi aja, pun, gimana sih caranya ngukur happiness? Negara dengan well being terbaik atau kualitas hidup terbaik? Okelah, tapi negara paling bahagia? Enngggg. Ada hal-hal yang ukurannya lebih konkret dan terstandardisasi, pun secara objektif memang lebih baik, misal pendidikan dasar di Finland, iya masih juara atau gender equality dan work life balance memang salah satu yang terbaik, but it does not make you any less when you live in other country or even deliberately decide to live in other country through you are able to live in Finland.

Ada masa di mana ketika gw ngeliat orang Indo yang sekolah di luar dan secara sadar memilih pulang meski mereka nggak harus pulang dan bisa aja tinggal di luar negeri bikin gw mbatin, 'Yaelah bego kenapa balik?????' IYA, MAAPIN AKU YA REKAN SETANAH AIR!!!! Terus sekarang mikir, ya biarin aja balik, masalah but lo Ning? 

Dan sekarang gw ga tahan sama orang Indo yang napsu pengen ganti kewarganegaraan dengan menggebu-gebunya ngerendahin Indonesia kek udah lupa situ asalnya dari sana dan yang bisa bikin situ kek sekarang ini ya Indonesia juga. Just whatever plans or thoughts  you have, can you just tone it down and keep some to yourself? You may brag about that, but surely most Indonesians give zero shit about what you think as a massive achievement once you get your citizenship, it will only make you annoyingly dickish. Kek Ricky Gervais pernah bilang pas ngemsi Golden Globe, 'Kalau lo menang , itu cuma penting buat lo, orang lain ga ada yang peduli.'

Ofkors tentunya gw pun hobinya ngenyek NKRI *hellawwwwww* dan mikir kalau di masa depan keknya gw ga pengen balik, tapi hamdalahnya meski masih melihat Nordik dan Eropa Barat sebagai kiblat kehidupan duniawi, rasanya  (dan mudah-mudahan emang kenyatannya) perspektif gw bergeser. Meski secara objektif negara-negara ini lebih baik di banyak hal, tapi beneran, kehidupan ada di mana aja. Kalau ketemu orang Indo yang belagu karena ganti kewarganegaraan atau karena tinggal di luar negeri, cuekin aja, biasanya yang gitu yang ecek-ecek. Kalau levelnya udah canggih dan emang dicari dimana-mana bak hot items, biasanya ga napsu berlebihan mau ganti warga negara, ya macem Pa Pinot atau Pa Habibie gitu lah *apeuuuu banget ini gw*

Ini gw nulis di Bandara Barcelona sambil nunggu pesawat setelah seminggu kemarin deg-degan gara-gara demonstratsi. Lagi-lagi ketemunya sama orang-orang Amerika Latin yang tahu gimana caranya nikmatin hidup meski kondisi jauh dari ideal.

No comments:

Post a Comment