29 July 2018

Lima Jam di Ibukota Finlandia (pt. 2)

Disclaimer: tulisan ini hanyalah diari perjalanan ala-ala dari gw, agak lumayan bergambar, kalau sekiranya sayang kuota, jangan lanjut, lanjut pas ada wifi gratis aja shayyyy.

Turun dari kereta di stasiun Helsinki, gw langsung memasang muka fierce yang menandakan, 'Gw tahu tempat ini, gw ga akan nyasar.'


Padahal begitu keluar dari stasiun kereta langsung celingukan kanan-kiri seraya...


Google map mana google map?!?!?!

Suomenlinna
Setelah menempuh perjalanan yang panjang dan berliku penuh intrik dan polemik biasa aja dan tidak menegangkan, akhirnya gw sampai ke Kauppatori. Kauppatori ini adalah terminal ferry yang akan membawa gw ke sebuah lokasi bernama Suomenlinna. Soumenlinna ini adalah sebuah *brb googling dulu* benteng perang yang dibangun sejak tahun 1700-an sejak Finlandia masih menjadi bagian dari Swedia. Sekarang benteng ini menjadi salah satu national heritage dan tempat wisata. Untuk masuk area bentengnya sendiri gratis, tapi kalau mau berkunjung ke dalam museumnya ya kudu bayar.


pic from here

Perjalanan dengan ferry cuma sekitar 15 menit dengan ongkos bolak-balik kurang dari  €5 disertai  pemandangan yang asoy sih kalau menurut gw. Cuaca pada saat itu agak mendung, jadi kurang mendukung bagi para pencari eksistensi di instagram, tapi masih oke lah. Pelajarannya: biasain cek ramalan cuaca, jangan sampai pergi saat hari bakalan hujan.

Pemandangan di ferry menuju Suomenlinna

Pemandangan di ferry menuju Suomenlinna
Khusus sobat kizmin yang ogah ngeluarin duit atau untuk yang sama sekali nggak tertarik dengan museum tapi seneng jalan, menikmati alam sambil bakar kalori, tempat ini pas untuk dikunjungi. Areanya lumayan luas, gw sendiri menghabiskan waktu di sana sekitar dua jam dan yakin masih ada area yang belum terknjungi. Tapi namanya juga benteng di tengah laut, jalan ke sana dan ke mari kalau udah sampai ujung ya yang diliat sama-sama juga, laut lagi. 

Kalau udah mentok ya nyampe laut.

Bukan teletubbieland.




Selain sebagai tempat wisata Soumenlinna ini pun merupakan residential area di mana penduduk biasa tinggal di sini. Gw ngebayanginnya aja udah males, tinggal di tempat yang setiap hari nggak ada habisnya dikunjungi wisatawan, hvft. Balik dari benteng menuju Helsinki, gw ketemu turis orang Australia yang udah bolak-balik Bali sejak 36 tahun yang lalu. Ujung-ujungnya ngomongin masakan Padang, kzl deh kan gw jadi ngiler.

Uspenski Cathedral
Lokasi kedua dari wisata sightseeing nan kismin adalah Uspenski Cathedral, kenapa? Lokasi, lokasi, lokasi!! *ala fenny Rose* Letaknya ga jauh dari Kauppatori, itungannya sih tinggal ngesot doang. Pada saat dikunjungi, matahari kebetulan sedang muncul sehinggal katedral menjadi lokasi yang instagramable untuk mereka dengan skill fotografi seadanya.

Kebanyakan review Google mengatakan bahwa lokasi ini worth to visit dan majestik, meski ada pula yang berkata, 'Ih, gw udah ngunjungin berbagai katedral di Yurep, yang ini sih mengecewakan.'


Ada apa di sini? Nggak ada apa-apa sih, sekadar katedral doang *Bening anaknya jujur* dengan arsitektur yang katanya majestik *'katanya' karena Bening anaknya nggak ngerti arsitektur*. Gw sempat masuk ke dalam dan ngambil foto juga, tapi hasilnya aesthetically unpleasant, tidak baik untuk kesehatan mata, jadi lupakan saja.  Selain itu, dengan mengunjungi katedral ini, pengunjung bisa menikmati pemandangan Helsinki from above, yang kalau menurut gw sih nggak above-above amat. 

Helsinki from above, tapi nggak above-above amat juga sih, yenggaakkk..????

Helsinki Cathedral
'Ya ukhti dan akhi, tema perjalanan Saya kali ini memang wisata religi, insyaAllah.'

Beginilah nasib kalau waktu dan duit terbatas, ujung-ujungnya tempat yang dikunjungi ya yang emang berdekatan, satu rute, dan nggak pake bayar. Di depan katedral ini ada lapangan luas yang notabene-nya adalah landmark di Helsinki namanya Senate Square. Seperti yang udah gw bilang, ini adalah lapangan besar dengan patung Alexander II di tengahnya. Di sini, pengunjung bisa kongkow, ngobrol, foto-foto, makan eskrim. Lagi-lagi, sebagai orang yang nggak paham arsitektur, sejarah, politik dan sebagainya, gw nggak ngerti aja kenapa tempat ini bisa dapet rating tinggi di Google (4.5 dari 5000-an voters). Otak awam gw bilang, "Apaan lapangan luas doang buat kongkow ini mah." Penasaran aja, Google rating itu pada ngasih rating secara objektif akan tempat ini atau mereka dipengaruhi oleh sejarah akan landmark ini? Jadi perlu banget ngasih review dan rating atas nama sejarah untuk mengirimkan sinyal sosial bahwa "Eh, gw paham lo ini tempat apaan, ga kayak elo yang cuma liat ini sebagai lapangan." *Bening anaknya suudon mulu* Meski di sisi lain, gw juga nggak ngeliat alasan kuat untuk memberikan senate square rating rendah *jadi karepmu tu apa tho Ning?!*
 
Noh yang namanya Senate Square. 
Gw ambil foto tersebut dari depan katedral yang letaknya memang kebetulan lebih tinggi. Untuk sampai ke katedral memang harus naik tangga agak lumayan. Kalau memang udah terlalu ringkih dan lek-lok, ga naik juga nggak apa-apa, you don't miss much btw. Kalau mau foto, ambil aja foto yang bagus dari bawah, jatuhnya malah cakep karena keseluruhan katedral bisa masuk di foto jadinya. 

(Btw, gw cerita diari perjalanan discouraging banget yak? Bukannya menggelorakan semangat biar orang tertarik mau berkunjung, yang ada malah sebaliknya. Tapi nggak apa-apa, ada sebagian orang yang kalau dibilangin "Nggak,' jadinya malah ngeyel terus penasaran buat melakukan.)

Nih yang gw maksud, daripada leklok, foto aja dari bawah, tapi fotnya yang cakep biar bisa dapet banyak 'like', jangan kek gw asal jepret begini :)))
Hari itu kebetulan katedral sedang dibuka dan ada misa, yaudahlah gw mampir untuk memperkuat keimanan terhadap sang pencipta karena penasaran. Ofkors nggak ngerti apa-apa karena misa-nya dilakukan dalam Bahasa Finlandia :))).

Kaisaniemi Botanic Garden 
Tempat terakhir yang gw kunjungi dan merupakan favorit gw di hari itu. Oke, oke, gw paham apa yang kalian pikirkan, "Ya masa dari semua tempat yang dikunjungi hari itu kedemenan lo botanic garden? Di Bogor juga ada, di Singaparna juga ada. Katedral sama benteng pan cuma ada di Helsinki, gimana sih lo???"

Auk, gw juga nggak ngerti, gw seneng aja kalau udah mainan di botanic garden. Bisa ditebak ya gw nggak masuk ke area green house karena seperti biasa, area green house itu bukan area gratis. Walhasil gw muter-muter di area umum dari botanic garden ini. Itu pun udah hepi :))). Mungkin karena pada umumnya, siapa sih yang nggak seneng di ada di antara tanam-tanaman, di beberapa area pun isinya bunga-bungaan yang bisa membuat gw untuk sok-sokan ngambil foto micro dengan kamera handphone auto mode. Skill level: 0.

Namanya juga usaha (1)

Namanya juga usaha (2)

Namanya juga usaha (3)

Area botanic garden nggak begitu besar (karena perbandingan relatif yang ada di kepala gw adalah Singapore Botanic garden), nggak perlu waktu banyak untuk mengkhatamkan kebun ini, kalau pun masuk ke dalam green house-nya, gw rasa tetep nggak akan begitu lama. Hal lain yang gw suka adalah di dalam area kebun ini ada tipikal rumah kayu khas Finlandia, entah kenapa, gw demen aja sama tipe rumah model begitu. 

Photography skill lvl: 0. 

Begitulah diari AFI lima jam di Helsinki, cuma jalan di wilayah selatan karena waktu terbatas dan gw memilih untuk tetap berada nggak terlalu jauh dari stasiun kereta. Meski begitu, lumayanlah ngerasain Helsinki, termasuk vibe-nya karena pas pindah dari satu tempat ke tempat lain pun tetap ketemu dengan hiruk-pikuknya orang lokal, nggak melulu turis. Semoga pemirsa jadi tertarik untuk mengunjungi Helsinki (atau malahan jadi nggak tertarik sama sekali?!).

No comments:

Post a Comment