30 July 2018

Keributan Sedotan

Beberapa waktu yang silam gw sempet mendengar soal wacana pelarangan penggunaan sedotan plastik atas nama sampah plastik yang semakin menggunung di laut *jadi ini ngomongin gunung apa laut?!* *krik* Gw liat beritanya sekilas doang dan sambil nganggap itu angin lalu, mungkin karena sedotan plastik nggak berpengaruh dalam kehidupan gw sehari-hari, jadi ya 'doamat. Ternyata di luar dugaan gw, reaksinya lumayan juga. Mulai dari reaksi yang mendukung karena masalah sampah plastik di laut memang sudah semakin mengerikan dan mereka berpendapat bahwa sekecil apa pun usaha yang dilakukan tetap akan bisa memberikan dampak positif kalau memang diterapkan secara benar. Pun reaksi datang dari grup yang kontra. Kontra dengan berbagai alasan dan ternyata lumayan kenceng juga protesnya.

Alasan tersebut salah satunya datang dari generasi muda pengguna mik-eup yang berargumen kalau sedotan plastik dilarang, jatuhnya kurang aesthetically unpleasant untuk mereka yang memakai lipstik karena stabilitas kekecean lipstik bisa terguncang. Ribet yak, kalau stabilitas lipstik terguncang, ya tinggal re-apply aja sih, bukannya kalau lipstik cepet habis kalian pada silently feel happy karena ada alasan kuat tak terbantahkan untuk beli lipstik baru? Alasan lain yang jauh lebih kenceng datang dari mereka yang berargumen bahwa kontribusi sedotan plastik terhadap pencemaran laut kecil banget bak butiran debu. Polutan tertinggi yang mengakibatkan pencemaran plastik di laut datang dari jaring nelayan yang menangkap ikan. Argumen yang diangkat adalah betapa sia-sianya melarang sedotan plastik yang ga seberapa efeknya, kalau mau efektif, targetlah soal jaring ikan, sekalian bikin pelarangan makan ikan.

Eug....


Gw tuh cenderung ga peduli, karena gw nggak terdampak langsung dengan pelarangan sedotan plastik ini *terignorant*.  Tapi tetep geli aja sih pengen ikut komentar, namanya juga warga NKRI sejati, segala perlu dikomentari. Gw kurang paham aja dengan argumen bahwa melarang sedotan plastik adalah sebuah kesia-siaan nan lebay karena efeknya yang terlalu kecil terhadap pencemaran plastik di laut. Ibarat gw jadi pengurus RT/RW, lalu kerjaan gw nilepin duit kalau kegiatan atau program, pas mau dikasi regulasi biar ga ada celah buat nilep dan gw diminta insap, gw bilang, "Ngapain gw yang disuru insap? Duit yang gw tilep emang segimana sih? Noh banyak pejabat yang nilepnya lebih banyak, urus aja yang nilepnya gede-gedean." Oke, gw tahu perbandingannya nggak imbang, yang satu sampah dan lingkungan, yang satu lagi udah masuk area kriminal karena tilep-tilepan duit, tapi semoga pesannya nyampe. Hanya karena satu hal yang (dianggap) punya dampak kurang signifikan, ya udah mending diabaikan. Siapa tahu emang kapasiats baru sampai di situ untuk mengatur sesuatu, makanya mulainya dari situ. Siapa tahu juga karena levelnya mikro (penggunaan sedotan kan biasanya individual), jamaah yang biasanya nggak aware bahwa sedotan itu plastik yang bisa ngotorin laut jadinya sadar terus bisa menggiring ke perubahan perilaku lain yang lebih baik. Buat orang-orang tertentu, isu kayak gini familiar, tapi ga semua orang ngeh kalau dampak dari sedotan plastik bisa cukup panjang. 

Kalau mau serius ngurus sampah plastik di laut, target yang paling bikin kotor, jaring nelayan, sekalian larang makan ikan. Okelor. Misalnya baca statistik, terus di sana dikatakan bahwa penyebab kematian tertinggi di jalan adalah kecelakaan mobil. Okelah, mari kita larang penggunaan mobil karena sumber utama kematian di jalan adalah mobil. Kayaknya nggak deh. Entah infrastruktur jalan dan rambu dibenerin supaya lebih aman, aturan dapet SIM diperketat, aturan kadar alkohol dalam darah untuk pengemudi dicek lagi, industri automobil harus memenuhi persyaratan tertentu dalam bikin mobil, dll. Tapi kayaknya bukan mobilnya yang dilarang. Lagi, mungkin perbandingan nggak imbang ya, tapi semoga pesannya nyampe. Daripada ngelarang makan ikan, kenapa nggak coba lewat inovasi, misal cari material alternatif yang untuk jaring yang saat ini dipake atau alternatif metode penangkapan ikan yang lebih baik dan nggak bikin jaring serabutan ke mana-mana. "Ahelah, si Bening kebanyakan teore, gimana caranya coba?" Meneketehe, gw juga nggak tahu caranya gimana :))) *self toyor* yang gw tau ada masa di mana kita bakar-bakaran bahan bakar minyak secara masif, eh sekarang nyampe juga ke teknologi yang bisa menghasilkan energi tanpa bakar-bakarin bahan bakar minyak. Ya mungkin ketemu solusinya bukan besok atau lusa, bisa jadi tiga puluh tahun lagi sampai akhirnya pasar mau ngambil teknologinya. 

Concern gw palingan terhadap mereka yang emang butuh sedotan, anak kecil yang baru belajar minum atau orang tua dan orang sakit, tapi kalau pengecualian begini, bisalah dibicarakan baik-baik. Halah.

No comments:

Post a Comment