18 September 2016

Sensor Oh Sensor

Sebenernya sensor-sensoran ini bukan barang baru, tapi kok kian hari kayaknya kian absurd. Awalnya yang disensor mereka-mereka (baca: para perempuan) yang pakai baju seksi, setelah itu merambah ke berbagai hal, mulai dari kebayanya ajang putri-putrian, dada mempelai cowok yang pake baju adat jawa, Sizuka di film Doraemon, hewan di film Spongebob, sampai ke patung di cecandian juga di sensor. Ya envelope, patung loh ini, PATUNG diblur tuh buat apa??? Napsuinnnya di belah mana nyettt???

.......

Patung bikin napsu

Kemarin-kemarin gw baru ketemuan nih sama Bos Danang dan teman-temannya, terus salah satu hal yang disinggung adalah sensor dan tv series Baywatch pada masanya. Baywatch di sini  adalah tv series jadul. Dedek gemets kekinian mungkin nggak tahu. Kami sampai bahas kalau Baywatch ini ditayangkan saat ini, kira-kira bakal kayak apa ya sensornya? Lha wong isinya kisah penjaga pantai yang bikinian dan pake celana renang. Itu sebadan-badan bakal di blur kali yak, belum para pengunjung pantai yang pada berenang, satu layar tv bakal burem kayaknya, saking banyaknya yang disensor, bubar ajalah sekalian!! Memang sih, jaman dulu acara ini tayang tengah malam menuju dini hari, jadi memang yang disasar adalah penonton dewasa *lha, gw yang masih SD awal kok malah nonton :)))* Kalau Baywatch tayang di masa kini, kurang lebihnya ya seperti ini:

Semoga keimanan akhi dan ukhti tetap kokoh terjaga ya.....
Jaman dulu, seinget gw, sensor-sensor yang dilakukan masih sewajarnya. Kalau ada adegan-adegan yang (bagi norma ketimuran yang santun dan adiluhung) dianggap berlebihan maka scene akan dialihkan ke objek lain (misal lagi ciuman di ruang tengah, adegan ciuman nggak ditunjukin, tapi sofa tak berdosa di ruangan tersebut yang dipertontonkan) atau scene tersebut ya di-cut gitu aja, tiba-tiba berasa agak loncat ke adegan berikutnya. Hal-hal tersebut banyak ditemui di telenovela (fans berat Maria Mercedes, Marimar, sampai Maria Cinta yag Hilang). Tapi bentuk sensornya wajar dan bisa diterima.

Loncat ke masa kini, gw pikir dengan segala kamajuan zaman dan kecanggihan teknologi, negara kita punya concern maha penting, misal ikut misi ke Mars, lha nyatanya engga. Justru hal yang disasar makin aneh-aneh, selain internet sehat yang sempat (atau masih?) ngeblock urbandictionary, sensor-sensoran ini pun gw rasa makin absurd. Apa sih yang disasar? Siaran TV yang sehat? Sehatnya di mana? Doraemon disensor di sana-sini tapi kemudian acara musik alaj barebas aja bercanda (baik verbal maupun gestur) nggak ada rupanya. Hal ini tuh mengingatkan gw akan bulan puasa dengan segala tempat makan yang nggak boleh beroperasi ataupun boleh beroperasi tapi harus pake tirai. Kenapa melulu harus 'diproteksi' sampai segitunya sih? Harus banget lingkungannya yang 'disterilkan', kenapa bukan orangnya belajar/diajarkan untuk tahu mana yang benar mana yang tidak? Ya tentunya diajarinnya sesuai porsinya, sedikit-sedikit. Misal, lingkungannya selama ini melulu steril terus tiba-tiba harus keluar dari lingkungan tersebut gimana? Mending kalau pindah lingkungannya ke lingkungan yang lebih steril, misal ikut misi ke luar angkasa, nah kan astronot biasanya pake baju ketutup, syukurlah budaya ketimuran tetap terjunjung, nah kalau besok-besok musti keluar dari lingkungan steril dan pindahnya ke distrik di Munich yang deketan naked park, gimana? *ah, ya nggak gimana-gimana, paling kaget saking sterilnya selama ini, terus besokan jadi yang paling rajin sunbathing sambil telenji :))))*

Dua hari ini juga terjadi hal absurd dalam hal sensor ini, kemarin rame berita perenang yang disensor. Yelah, namanya juga renang, apa sih sebenernya yang ada di pikiran cowok-cowok kalau liat cewek berenang dalam bentuk kompetisi olahraga? Hari ini, tetek sapi yang di sensor, gw udah ga paham lagi.

Dan pertanyaan gw akan tetap sama, tujuan apa? dan apalah dengan proses sensor yang absurd ini tujuan tersebut tercapai? Apa iya ada aspek/parameter yang dicek dan bisa dibuktikan kalau sensor absurd ini emang efektif? Tolongnlah Gw yang cuma punya satu sel otak ini dikasi pencerahan. 

No comments:

Post a Comment