10 August 2016

Melancong ke Seoul: Visa, Hostel, Transportasi dan Printilan

Setelah diari perjalanan yang ordinari dan nggak spesial :))), sekarang gw mau ngomongin soal printilans yang gw anggap penting, yuk mariiii...

Visa
Gw apply Visa dari Singapura, jadi untuk yang akan apply dari Indonesia, gw kurang tahu prosesnya seperti apa, tapi kayaknya sih sama ya, ya nggak? Persyaratan, besarnya biaya, sampai prosesnya akan memakan waktu berapa lama bisa didapat semua di websitenya, jadi gw rasa cukup jelaslah, tapi mungkin ada beberapa pertanyaan yang agak bikin bingung, misalnya:

Section 1.7 
National identity number: dikosongkan atau isi dengan N/A.
Section 3.1
Passport type: obvious sih ya, gw sih regular karena gw pemegang paspor ijo.
Section 10.2
Who will pay your travel-related expense? Kalau bayar sendiri, maka a). Isi dengan nama kalian b). My self c). Self support d). Nomor kontak kalian

Kalau persyaratan lengkap, gw rasa sih aplikasi akan lancar-lancar aja. Biaya single entry visa dari yang gw apply ini 58 SGD.

Tempat tinggal
Gw tinggal di Backpackers Inside Hostel. Selama ini kalau gw jalan selalu pilih female dorm room (bahkan waktu pergi ke Malaysia yang murah pun, tetep female dorm. Pelit tak bertepi!!). Gw jarang berinteraksi sama sesama pelancong, paling banter sama temen sekamar. Ngobrol basa-basi atau kalau mereka terbuka dan seru ngobrol agak serius. 

Nah, pas gw ke Koriyul gw milih kamar sendri tapi berjanji sama diri sendiri buat interaksi sama orang lain. Challenge accepted!!! Entah emang suasana hostelnya yang nyaman, staff nya yang baik, tamu lain yang baik atau perpaduan semuanya, everything went smoothly. Ditambah hostelnya memang hanya menerima tamu internasional, ga ada orang lokal (kecuali beberapa staf). Kalau lagi untung, ya ketemu orang dari berbagai tempat, kalau apes ya ketemunya sama orang Cina :))). 

Tiap pagi niatnya jalan sepagi mungkin, tapi pasti ketahan di sarapan karena malah ngobras dulu cynnn. Seenggaknya jadi tahu beberapa hal baru, misalnya, nggak semua orang suka sama Trudeau. Ya iayalah!! Beberapa orang asli Kanada beranggapan kalau mereka itu terlalu baik, terutama terhadap para refugee. Trudeau nerima lumayan banyak refugee, memfasilitasi dan paper work yang dilakukan (katanya) nggak gitu ribet. Orang Kanada sendiri kurang suka karena mereka terlalu 'baik' dengan refugee yang bener-bener orang asing, sedangkan banyak orang yang menikah dengan warga negara Kanada dan paper work-nya bisa makan waktu bertahun-tahun. Atau soal pekerjaan, beberapa jenis pekerjaan (misal PNS) punya alokasi tersendiri, berapa persen untuk warga lokal Kanada dan berapa persen untuk para pendatang. Mereka berpikir kalau mereka terlalu baik, we are Canadian and we are just too kind!

Sebenernya obrolan yang paling seru itu obrolan malem bersama ciwi-ciwi yang udah lumayan lama tinggal di sana, ada yang kuliah di sana ada juga yang kursus bahasa. Ada salah satu orang Swedia yang gw temui lidahnya udah lebih tajem dari Feny Rose, she trashed all things like no other. Apalagi kalau bukan soal tingginya pressure di Korea, baik secara umum maupun secara khusus terhadap cewek-cewek. Standar kecantikan cewek tuh ya yang biasa diliat di drama-drama Korea. Pantesan aja bok, dalam kehidupan sehari-hari, style mereka berpakaian dan  make-up, semuanya bisa dibilang identik. Foundation (agak) keputihan (dan lo akan bisa membedakan warna leher dan muka), warna dan cara bikin alis yang sama, sampai pilihan warna lipstik dan cara memakainya pun serupa. Okelah gw tau, studi menunjukkan kalau orang cakep emang cenderung bisa berpenghasilan lebih tinggi, tapi di Korea ini kayak udah nggak masuk akal lagi karena gw denger kalau nyantumin berat badan dan tinggi badan di CV adalah hal yang sangat umum meski yang lo lamar kerja kantoran biasa, bukan buat jadi pramugari misalnya.Gw cuma bisa bengong sambil bilang, 'Kalau gw tinggal di sini pasti ga ada yang mau nge-hire gw.' Salah satu hal yang paling gw inget adalah omongan cewek Swedia ini soal cowok Korea, 'Mereka ini rata-rata jeleknya bukan main tapi maunya ceweknya ang kayak si Suzy.'

Jadi intinya gw senang tinggal di hostel ini. Sekali lagi, entah karena suasana yang enak, staff yang baik atau kebetulan ketemu tamu-tamu yang seru. Atau mungkin gw aja yang kelewat ansos dan ga mau interaksi sama tamu lain selama ini, ahahahahahaha. Recommended deh hostel ini. 


Transportasi
Di Seoul, ada beberapa publik transport yang bisa dipake, subway/kereta, bus, taksi. Tapi sehari-hari sih gw pakenya subway karena paling familiar dengan cara kerjanya dan kecil kemungkinan gw bakal kebablasan, kenapa? Ya karena di setiap stasiun akan berhenti, selain itu di dalam kereta ada pengumuman sekaligus layar yang isinya pemberitahuan apa stasiun berikutnya. Pemberitahuan disampaiakan dan ditulis dalam Bahasa Korea dan Bahasa Inggris, jadi nggak usah khawatir. Beberapa meter sebelum berheti di setiap stasiun, akan ada musik berkumandang dilanjutkan pengumuman dalam Bahasa Korea dan disusul dengan, 'The station is XXX, doors are on your left.' Azeg.

Di Seoul (dan Korea Selatan), untuk publik transport,  kalian bisa membeli tiket untuk setiap perjalanan atau menggunakan T-Money. T-Money ini bisa didapat di convenient store. Di mana convinient store-nya? Di mana-mana. Bener-bener di mana-mana, pake banget!!! Tiap ngesot beberapa meter lo pasti nemu, misalnya  7eleven, CU, 25 gs. Kalau gw nggak salah T-Money ini harganya 4000 KRW, kenapa kalo nggak salah? Karena gw sendiri nggak beli. Kalau kalian nggak beli, setiap perjalanan dengan subway harga tiketnya akan lebih mahal 100 KRW. Saat kalian akan meninggalakan Korea, sisa deposit di T-Money bisa diuangkan, sisa depositnya ya, bukan kartunya. Sebelum terburu nafsu beli T-Money, cek dulu apa tempat kalian tinggal menyewakan T-Money. Di hostel gw, T-Money bisa dipinjam dengan deposit 3000 KRW. Untung kan ga perlu beli? *pelit tak bertepi*

Di ticketing machine pun ada pilihan Bahasa Inggris, jadi nggak usah khawatir. Pernah tuh sekali waktu gw mau beli tiket. Mungkin muka gw terlihat planga-plongo, padahal biasa aja sih, terus disamperin ibu-ibu yang kekeh mau nolongin gw, dese nggak bisa Bahasa Inggris sepotong pun dan gw nggak bisa Bahasa Korea samsek, tapi tetep bisa komunikasi lho. Dan sebelum kita pisah terjadi percakapan.

Her: grmblbrblrblrbl *Bahasa Korea*
Me: I don't speak Korean
Her: grmblbrblrblrbl
Me: I don't speak Korean *sambil kasi tanda menyilang ala Mas Anang di vc Separuh Jiwaku Pergi*
Her: *diem bentar* Arab Saudi?
Me: Oh noooo, Indonesia. In-do-ne-sia.

Ya Robb, ternyata dari tadi dese nanya gw asalanya dari mana :)))

Nah, soal transportasi menuju Nami Island, agak lumayan ribet. Dari tengah kota, kita musti menuju salah satu stasiun kereta bernama Gapyeong station. Dari stasiun ini masih harus lanjut ke halte ferry yang bisa dilakukan dengan naik bus atau naik taksi. Biaya naik bus 1250 KRW dan bus datang pada jam tertentu, sedangkan biaya taksi sekitar 3100-4000 KRW (maksimal 4 orang), jadi kalau kalian melancong dalam grup, sudah barang tentu lebih bijak kalau naik taksi.

Musola
Gw sendiri ga tau total sebaran musola di Seoul ada berapa, tapi yang pasti ada Seoul Center Mosque dan musola di KTO tourist information center. Nah, ada baiknya selalu sedia mukena dimanapun. Jadi, musola di KTO nggak menyediakan mukena, pada saat itu gw jalan pake sepatu sih, yang artinya gw sedang pake kaos kaki, amanlah kaki ketutup, masalahnya celana yang gw pake agak-agak celana akhi-akhi alias ngatung. Terpaksa pas sholat celana agak gw pelorotin, karena kalau engga, akan ada gap aurot di bagian angkel :)))).

Selain dua tempat tersebut, gw sempat baca kalau ada musola di COEX mall, warbiyasak. Lokasinya di lantai 3 dekat Hall Room E dengan fasilitas lengkap.  

Informasi
Naini penting. Untuk tahu apa lokasi yang akan dikunjungi buka atau tutup, ada admission fee atau engga, sampai deskripsi lokasi tersebut. Ada palace yang tutup hari Senin ada yang tutup hari Selasa, kan ya gondok juga udah datang jauh-jauh terus tutup. Infonya bisa dicek di mari. Hal lain yang nggak kalah penting adalah kupon discount, lumayan ada potongan untuk masuk atraksi tertentu atau belanja. Misalnya ini atau ini

Electronic Socket
Penting sih ini gw rasa. Kalau semua alat elektronik di bawa dari Indonesia, nggak akan ada masalah karena electronic socketnya ya persis di Indo. Berhubung beberapa barang elektronik yang gw bawa udah versi Singapura, maka gw perlu adapter. Sekali lagi nggak ada salahnya cek dengan tempat tinggal kalian, di hostel gw mereka meminjamkan adapter meski gw memilih untuk bawa sendiri.

Apalagi ya? Udah kali yak. Akhir kata, selamat melancong.

No comments:

Post a Comment