30 July 2016

Melancong ke Seoul Hari 3 dan 4

Seoul Hari 3: Nami Island
Gw ini bukan fans berat drama korea apalagi Winter Sonata (yang kagak pernah gw tonton), tapi teteplah Nami Island itu kayaknya wajib banget buat disambangi. Apalagi lokasinya yang berupa taman besar dan alam banget suasananya, tsssaahhh, sukiyaki bangetz deh akikez. Glindingan di Nami Island ini udah bikin gw bahagia bukan alang kepalang.

Meskipun perjalanan yang ditempuh lumayan panjang karena lokasinya yang di luar Seoul, menurut gw sih worth to visit lah. Tapi kalau nggak suka lokasi yang berupa alam dan sukanya mol-mol dan keramaian kota, ya nggak perlulah mampir kemari. Masuk ke Nami Island-nya sih gratis, eh masa sih gratis? Kayaknya udah terintegrasi bersama tiket ferry yang dibeli, tiket ferry bolak-balik sekalian masuk Nami Island harganya 8000 KRW. Di dalam Nami Island sendiri banyak aktivitas yang bisa dilakukan, sepedaan, keliling-keliling dengan electric car, naik kereta, workshop buat anak (cmiiw), dll. Untuk additional activities ya bayar, kalau mau gelindingan dan tawaf ga perlu bayar lagi. Di dalam pulau ini pun terdapat guest house yang bentuknya lucu *penting*, tapi ya harga per malamnya juga mahal.


Orang banyak amat yak *jorokin satu-satu*





Ini kalau autumn pasti cakep bukan alang kepalang.




Buat brothers dan sisters ga usah khawatir soal makan dan solat. Di Nami Island ini ada musola dan restauran halal. Beneran proper musola dengan ukuran luas, area wudhu dan mukena. Kalau nggak salah, negara semacam Jepang atau Korea emang bener ngeliat potensi pelancong muslim yang jumlahnya lumayan, makanya mereka mulai mengakomodasi. Untuk reastauran ya lumayan mahal ya dengan pilihan menu masakan Korea, Jepang, Malay (?!), dll, udah lupa gw!!! Restauran dan musola ini lokasinya ada dalam gedung yang sama dengan International Children Library, bagus dan nyaman deh.




Masih di lokasi yang sama, ada galeri untuk pemenang dari Nami Concours International illustration.
 





Seoul Hari 4: Naksan Park - Seoul City Wall - Mural Village - Gangnam Area - Doenjang Yesol
Hari terakhir ada beberapa tempat yang masih gw kunjungi. Meskipun hari ke-4 ini tidak segempor hari kedua (kalau dari segi jarak yang ditempuh), tapi medan yang ditempuh tidak akan gw sarankan untuk ibu hamil atau ebeus-ebeus yang bawa anak, nanjak lho yaaaa. Awalnya sih yang utama adalah tazdabur alam di sekitar Seoul City Wall, ternyata Naksan Park dan Mural Village masih satu wilayah dan terkoneksi, ya kenapa nggak sekalian?
Apalagi Naksan Park ini lokasinya nggak jauh dari tempat gw tinggal, cuma jarak satu atau dua subway station kalau nggak salah. Sebenernya nggak ada yang spesial sih dari Naksan Park ini, ya seperti taman-taman pada umumnya. Hijau-hijau di mana-mana, ada observation point, ada lokasi untuk duduk dan santai-santai. Naksan Park ini lokasinya bersebelahan dengan Seoul City Wall









Seoul City Wall sepanjang 18.6 km ini dibangun sekitar tahun 1396 mengelilingi Seoul. Beberapa pegunungan dilalui oleh dinding ini yaitu Bugaksan, Naksan, Namsan, dan Inwangsan. Niat awal gw main ke Seoul City Wall ini emang buat hiking di sekitar Gunung Bugaksan. Biasalah, ambisi dan delusi emang tipis batasnya, udalah gw udah gempor, ga usah hiking-hiking, jalan santai di City Wall sekitar Naksan Park aja deh udah cukup. Kalau gw nggak salah, jikalau kalian mau hiking lewat area Bugaksan, jangan lupa bawa paspor karena ada pengecekan di wilayah tersebut.

Lepas dari wilayah City Wall, jalan keluar sedikit untuk masuk Mural Village. Rasa-rasanya, di Seoul ini banyak daerah yang akhirnya jadi turis atraksi meskipun awalnya berupa residensial area. Di Mural Village ini memang sebagian residensial area tapi bannyak toko souvenir (vintage) dan kedai es krim disekitarnya. 




Taking self pic while traveling alone needs an awful lot of effort :)))

Ngantri yang rapi ya dedek-dedek.
Masih dengan semangat 45, gw pindah ke Gangnam area, biar kalao ditanya orang, 'Pas di Seoul main ke Gangnam nggak?' Gw bisa jawab dengan mantap, 'Ya dong!' Padahal ya gitu doang sih sebenernya, area perkantoran dan toko-toko branded. Orang-orang berpakaian rapi, hotel berbintang ada di sepanjang jalan. Pokoknya gw langsung ngerasa gembel berat :)))). Di sepanjang jalan gw melihat banyak Gangnam Doll, boneka yang merepresentasikan artis Korea kenamaan, ibaratnya walk of fame kali yak. 


BTS? artis apa tower? *krik*
 


Sorenya, salah satu staf di hostel ngadain acara makan ke restauran korea tradisional, Doenjang Yesol. Ini dia serunya hostel tempat tinggal gw, dan yang lebih seru lagi, staff yang arrange acaranya adalah mahasiswa asal Swedia yang sekolah di Korea. Pas hari itu ada anak Belanda yang baru nyampe, dia mau studi juga di Korea tapi student housing yang ada di kota lain baru available beberapa hari kemudian, walhasil dia nginep di hostel gw tersebut, ngobrol-ngobrollah kita. Gw cerita gw sempet kuliah di WUR dan reaksi yang gw dapat sungguh warbiyasak.

Her: You studied in WUR? what? env science?
Me: ya, kind of, environmental system analysis
Her: wooooo, you must be super smart!! studying env. science in WUR is like the ultimate!!
Me: *senyum ketjut*

Itu yang terjadi ketika reputasi universiti mengalahkan intelenjensi diri, pret!! Tambah kzl karena dese sendiri kuliah ilmu sosial di Leiden, yakali kan Leiden emang bagus ilmu sosialnya *jambak*

Lagi-lagi untuk yang ragu soal makanan, mungkin nggak disarankan ke restautran ini ya, gw sih cuma pesen ke orang-orang kalau gw nggak makan babi, jadi gw diarahin untuk makan makanan yang nggak ada dedagingannya, nah cuma entah gimana mereka masakanya, ada kontaminasi apa engga.

Ehe.
Ehe.
Ehehehehehehe.

pic taken from backpackers inside facebook page.
Begitulah kisah pelancong amatir di Seoul. Bangga aja sih sama diri sendiri yang cupu dan nggak punya kemampuan baca peta. 

p.s. Foto semua hasil jepretan Oppo 1206 ga pake edit, kecuali foto makan di Doenjang Yesol ehehehehehehe.

No comments:

Post a Comment