26 February 2019

Huru-hara PhD

Heyhooo!!! Jama'ah....apa kabar jama'ahhhhh???

Gw habis ngintip postingan tahun kemarin dan ternyata dari tahun ke tahun, postingan gw makin dikit aja, kek rambut di kepala *amit-amit* gw tida rela kalau blog ini sampai rest in peace *ya elo nulis nyet!!*, yabes gimana dong gw sibuk *hidung pun memanjang* ehe...ehe...eheheheheh....

Karena hal-hal krusial yang butuh penanganan intensif suda berlalu sejak dahulu, gw mau cerita ah.

Jadi begini, pada awalnya gw melihat postingan lowongan PhD di tempat gw sekarang, wow.... aku sangat tertarik dengan kesempatan kabur dari NKRI topik yang ditawarkan, singkat kata gw apply, interview, dan keterima. Berangkatlah gw ke Finland. Berangkatnya aja via Bandung-Malaysia-Qatar-Helsinki, saking nggak maunya terbang dari Jakarta meski bisa langsung nyampe ke Qatar. Percayalah jama'ah, terbang Bandung-Malay jauh lebih mangkus dan sangkil ketimbang jalan darat Bandung-Jakarta lalu terbang. Apeuuuu.....

Jadi kondisi di sini adalah universitas memprakarsai pembuatan tiga platform riset, gw ada di salah satu platform riset tersebut. Direktur dari platform riset gw ini lah yang merekrut gw dan akan jadi pembimbing gw. Total orang yang beliaunya rekrut ada tujuh orang, lima anak doktor dan dua posdok.  Dese ini aslinya dari Indihe tapi sudah menjadi warga negara Swis *ciyeeee* *kalo dengan keajaiban doi menemukan postingan ini, doi pasti sadar gw menggunjingkan doi, bodo amat!!* yang kalau nulis bio selalu menyertakan kewarganegaraanya, kayak gini nih "Adam Suseno, warga negara Swis, adalah seorang blablablabla..." ciyeeee, pasti untuk meningkatkan nilai jual dan menghindari prejudice eaaaa?!?! Gw juga nanti gitu ah kalau udah pindah kewarganegaraan "Bening Mayanti, warga negara Mars, adalah seorang ukhti soleha...blablablabla..."

Eniwei, tiga minggu tinggal di Finland, tiba-tiba dese mengundurkan diri dari posisinya, keluar gitu aja dari universitas. Sebenernya penggunaan 'tiba-tiba' sangat understatement, karena gw dan kolega gw sudah mencium bau-bau ke arah sana, gara-gara dese ga pernah akur sama pihak universitas. Dese sempet nawarin kami untuk ikut dese keluar dari uni dan gabung dengan perusahaan (atau organisasi?!) yang dese dirikan. 


Say what?!?!?!?! Kontrak di bawah universitas, residen permit didapat karena kontrak dari uni terus dese nawarin keluar ikut dese?! Sekarang sih bisa dengan gagah berani secara logis mempertanyakan tawaran doi, tapi pada masanya sih kami bingung, karena nggak tahu siapa-siapa dan nasib bakalan gimana? Untung ada salah seorang anak posdok yang memang udah tinggal lama di Finland, jadi dia bisa kasih saran bahwa tinggal sama uni akan lebih baik, secara legal lebih kuat kedudukannya, uni nggak akan ngeluarin kita karena gile aja nanti skandal dong ah, kayak Swallow yang biasa ketuker kalau lagi jumatan *itu sandal* *krik*

Setelah doi resign, jadi kayak vacuum of power gitu, ibarat penjajahan sih waktu yang pas untuk mendeklarasikan kemerdekaan. Kosongnya lumayan lama, sejak Februari, dan kami baru dapat direktur baru bulan November kemarin. Direkturnya emak-emak, tiga platform semua direkturnya emak-emak. Ini negara emang tempat yang pas memang untuk perempuan supaya bisa bersinar.

Terus gimana nasib PhD gw? Gw secara ofisyel baru mulai PhD sejak Agustus dan dapet pembimbing yang baik. Doakan ya pemirsa, kami senantiasa harmonis nggak kayak gw dengan pembimbing jaman S1 *ahelah, dosa gw ama dese banyak yak? :)))* gw seneng kerja sama dese soalnya, pinter  bangettttt *yakali profesor pekok* membuat gw merasa bodoh secara berkelanjutan tapi tetep enak buat kerja bareng sebagai equal counterpart. Oh how I love egalitarian society. Dan entah kena kutuk apa gw, dese ini udah kayak orang Asia yang terjebak di tubuh orang sini, hobinya kerja!!! Gw kira bakal dapet orang yang tipenya work-life balans seperti di artikel-artikel indah tentang Negara Nordik dan Eropa Barat, nyatanya? Tetot!!! Tapi gw seneng sih kalau nggak dihantui soal progress gw kayaknya nggak akan nyempe ke mana-mana. Enaknya lagi, meski dese sibuk banget, gw selalu bisa menghubungi dese kapan pun entah via email atau telepon. Terus selama masa iddah dari mantan (calon) supervisor resign sampai gw ofisyel jadi PhD ngapain aja nih? Simpel, setiap hari datang siang ke kantor, main Zuma seharian, terus pulang cepet. Oh akhirnya kumerasakan kenikmatan yang dirasakan kebanyakan PN... *sinyal ilang*

Oke, kembali ke lappptoppp... *ketahuan angkatan gw*
Mari kita kembali ke topik utama, menggunjingkan mantan (calon) pembimbing gw a.k.a. MCP. Karena meski menggunjing dilarang agama, siapa yang peduli, selama tidak musyrik dan buka jilbab (oh yes, really want to talk about it as well since Dina Tokio phenomenon stole the spotlight and now Salma Sunan. Because beeyotch! I wonder why wearing one makes you feel morally superior to the ones who take off their hijab?!). 



Pas dese resign sih kami yang bener-bener pendatang di sini cuma mikir kalau emang MCP resign karena beda visi aja sama universitas, tapi lama-lama setelah ngobrol sana-sini, kok kayaknya dese ada agak-agak tipu muslihat sih. Banyak hal yang bikin kami mikir seperti itu, tapi salah satunya yang bikin gw pribadi yakin kalau dese emang penuh tipu muslihat adalah penolakan dia untuk meng-enroll kami para anak doktor. Begini, di sini, periode enrollment untuk anak doktor (dan mahasiswa lainnya) adalah spring dan autumn semester. Sebelum kami nyampe kemari, pihak graduate school udah ngingetin MCP supaya kami bisa enroll dari awal, sehingga begitu tiba langsung terdaftar sebagai anak doktor periode spring 2018. Apa yang dilakukan MCP? No..no..no...dese nggak menggubris pihak graduate school. Pun setelah kami nyampe dan dese resign lalu nawarin (atau 'maksa') kami keluar dari uni, concern kami anak doktor adalah gimana bisa lulus kalau keluar dari uni terus ikut di start-up nya dese? MCP nggak pernah kasih jawaban konkret kecuali, 'Nggak usah khawatir, enroll PhD itu hal yang paling gampang, nanti Saya cariin uni buat kalian 'nyantol' dan terdaftar,' apelo kakean cangkem!!! Setelah dipikir-pikir sekarang, pantes aja sikampret nggak mau enroll kami sebelum datang, karena (suudzon) gw mengatakan bahwa dese emang udah berencana buat keluar dari uni dan ngebawa kami ikut serta (serta mengusahakan supaya funding bisa ikut ditarik keluar, menurut lo?!?!?!). Kalau kami udah nyantol sebagai enrolled-PhD kan tambah susah buat ditarik keluarnya. Apa untungnya doi narik kami keluar? Kalau kami publikasi atau sampai bisa menemukan sesuatu terus bisa dapet paten *yang nemu paten paling anak PhD lain, gw kan cupu :))*, dese nggak perlu 'berbagi' sama pihak universitas, nama dese lah yang popularitasnya terdongkrak, ga pake embel-embel universitas. Mamam noh ego!! Gosip lain adalah anak posdok pertama yang sikampret rekrut. Dia rekrut temennya dari Indihe, temennya datang ke Finland, seminggu kemudian resign dan balik kampung ke Indihe. APHA YANG TERJADI PEMIRSA?!?! Kalau cuma perkara remeh-temeh sih nggak mungkin ya, udah berkorban banyak untuk ninggalin kampung halaman, baru seminggu terus capcus balik. Kecuali dese ada tawaran bombastis main di film Bollywood bareng Shah Rukh Khan, lain cerita kalau itu.

Hal di atas cuma salah dua fakta yang menguatkan kecurigaan kami terhadap sikampret, kalau dia emang ada kepentingan terselubung dengan mengambil posisi sebagai direktur riset platform tersebut. Masih ada serentetan hal lainnya yang sudahlahya nggak perlu ditulis karena ya memang nggak perlu dan kalau ditulis nantinya postingan jadi panjang banget bak rangkaian THREAD di Twitter, pret! Singkat kata, harapan PhD gw adalah menjadi produktif (untuk publikasi), harmonis dengan pembimbing *fingers crossed, i genuinely like him a lot*, dan tidak gila atau menjadi botak. Amin.

1 comment:

  1. amien... aslinya, kudoakan lancar yah phD nya. Sama spill more gossip yah, ku suka pergosipan kuliah d LN huehehe. Cita-cita ga kesampaian soalnya.

    ReplyDelete