22 March 2018

Green Jargon

Banyak banget drama kehidupan deh nih sejak tiga minggu gw di sini. Tapi nanti aja gw bikin cerbung (kapan-kapan kalau nggak males) dengan nama disamarkan dan peristiwa yang harus disubtle-kan. 

Anywayyyy, beberapa minggu yang lalu kan gw sauna bareng genggong, pas nyampe di tempat sauna temen gw bilang, "Itu kaos lo tulisannya apaan?" pada saat itu gw lagi pake kaos sisa-sisa jaman 'Kampanye Anti Kantong Plastik.' Gile ya, kaos dari jaman nggak enak masih ada. Yabes, kaos-kaos oblong yang udah ledes tuh emang paling enak buat dipake di rumah dan bobok-bobok. Begitu gw ditanya begitu sama temen gw, gw langsung ngeles dong, secara malu hayati, "Oh ini tulisannya 'I am a non plastic bag user.' Well I can tell you it's BS. I'm not gonna collect my rubbish at home without plastic bag or going swimming and use some kind of environmental friendly bag to put my wet clothes." Sambil cengengesan.

Habis gitu gw sadar, jargon-jargon soal lingkungan itu kok isinya mimpi-mimpi utopia, selling pipe dreams here and there. Hayati lelah kadang. Emang kalau bikin skenario dengan prediksi yang rasional di masa depan bakal nggak laku banget yak? Emang kalau nggak (overly) optimist kurang menjual yak? Daripada bilang 'berhenti menggunakan kantong plastik' kenapa nggak pake 'reduksi kantong plastik?' Daripada bilang 'zero waste' kenapa nggak bilang 'waste minimization?' Toh tiap hari juga kita masih eek, yekan? Yasih, kalo udah canggih hasil akhir lumpur tokai yang diolah bisa dibalikin lagi ke tanah (tentunya dengan term and condition yang panjang, btw, in general landfilling is banned here in EU, only really small fraction goes there), meski kalau di tanah air mungkin masih kapan-kapan nyampe sana. Kita masih mentok di seputaran 'Kapan kawin?' dan lecturing someone who deliberately decide not to have kid. Anyway, tiap hari masih pup juga, kenapa ga waste minimization aja sih??? *warganet realis nan oportunis bertanya?!?!?!*  

Hal lain yang bikin geli soal lingkungan adalah abused-jargon. Apa-apa diselipin 'Green' atau 'Sustainable' atau sekarang yang lagi trend abis 'Circular.' Semuanya aja ngaku-ngaku tanpa bukti jelas. Apalagi circularity, konsepnya masih bertebaran di sana-sini, fragmented dan vague. Semua datang dengan indikator masing-masing terus bilang, "Proses di tempat gw circular lho." Padahal pas lo tengok, bahan baku doi 1% berupa recycled material, tapi tetep aja ngaku circular. 

YHA.

Kalau udah gitu, gw rasanya bikin jadi orang kaya kapitalis buka tambang di sana-sini terus investasi duitnya biar muter lanjut ongkang-ongkang kaki. Pas mokat kekayaan semua disumbang buat riset ga ada yang masuk ke keluarga dan sodara-sodara. Halah, jadinya halu banget.

Preamble panjang amat sih,  padahal mah intinya cuma mau bilang, gw tida tahan dengan orang-orang yang overly positive. Seperti lulusan pelatihan-pelatihan nganu. Ahahahahahaha.

No comments:

Post a Comment