11 December 2017

Tontonan Netflix Kali Ini

Semenjak langganan Netflix, gw -yang merasa bahwa nonton adalah aktivitas dengan komitmen tinggi dan butuh pengorbanan- mulai agak rajin nonton. Bukan biar kece, gaul, dan kekinian, cuma ogah rugi aja. Sebagai #SobatKizmin, tabu hukumnya menyia-nyiakan duit yang sudah dibayarkan untuk langganan Netflix. Nah, berikut ini beberapa serial yang gw ikuti dan senangi. Di antaranya nggak akan ada serial booming macam House of Cards atau Breaking Bad, bukan sok anti mainstream nggak mau nonton serial yang banyak diomongin dan digemari, tapi kedua serial tersebut (dan banyak serial lainnya) seasonnya banyak dan ngejar nontonnya kayaknya capek deh *ahelah, nonton aja nyebut capek gimana ngurus negara ngikutin jejak Angela Merkel, hih!!*

Berikut beberapa serial thriller/drama/kriminal yang gw ikuti dan gw suka. Serial ini nggak melulu orginal Netflix ya, tapi kebetulan Netflix menayangkan.

Dark
pic from here
Serial ini belum lama tayoung di Netflix, gw udah tunggu-tunggu karena gosip mengatakan bahwa serial ini bagus dan mind-gripping *bukan groping, ngok*. Dark ini -seperti judulnya- memang 'dark', sebuah sci-fiction thriller yang bikin gw bilang, "Eh bentar, ini gimana sih kok bisa gini? Itu siapa itu yang barusan? Kok jadi kek gini?" tapi ga lama kemudian bikin gw "OMG!!"

Ceritanya dimulai di tahun 2019 (masa kini) tentang anak yang tiba-tiba menghilang dari sebuah desa di Jerman. Ternyata ada portal yang bisa membawa mereka ke masa lalu dalam periode per 33 tahun. Ada dunia paralel yang sama-sama berjalan baik di masa kini maupun di masa lalu. Beberapa orang yang tinggal di masa kini pun menemukan bukti bahwa orang yang mereka kenal sempat mengunjungi masa lalu dan hidup di dalamnya. Seru, gemez, kezel, dan bingung deh pokoknya.

Banyak yang menyandingkan serial ini dengan Stranger Things, gw sendiri nggak tahu karena memang belum nonton Stranger Things. Satu lagi, serial ini berasal dari Jerman, gw memang menyengaja sok-sok memperbanyak tontonan non Ameriki, biar memperkaya khazanah pertelevisian *halahhhhh*. Selain itu, harapan gw sih pas kelar nonton season 1 dari Dark ini gw tiba-tiba fasih Bahasa Jerman. Ternyata engga ya? *menurut ngana?!*

Occupied (Okkupert)
pic from here
Lagi-lagi serial non Ameriki yang kali ini berasal dari Norwegia. Mengangkat geopolitikal isu dan rasanya masih bisa dimasukin ke genre thriller lebih ke drama, iya nggak sih? 

Ceritanya, di masa depan, Norwegia yang dipimpin oleh PM dari Green Party mengehentikan produksi minyak 100% persen karena  mereka bisa mandiri menggunakan sumber energi berupa Thorium. Pada saat itu dikisahkan juga kalau Amerika pun sudah bisa memenuhi kebutuhan energinya. Ketika Norwegia memutuskan menghentikan produksi minyaknya, tentunya protes datang dari negara Eropa lainnya yang menggantungkan (sebagian) sumber energinya dari pasokan minyak yang diproduksi Norwegia. Keadaan ini membuat Rusia menduduki Norwegia dan 'menyetir' negara ini untuk kembali memproduksi minyak. Hal ini mengakibatkan Free Norway, gerakan nasionalis (resistance), bangkit untuk menentang Rusia. Dalam perjalanannya, banyak terjadi konflik. Anggota PST diminta menyusup untuk memata-matai Rusia, petinggi pemerintahan ternyata anggota Free Norway, bom meledak dan membunuh orang Rusia yang akhirnya bikin konflik semakin panas. 

Selama nonton ini, gw sih emosi. Meski ga jelas emosinya sama siapa. Emosinya tersebar secara sporadis ke semua lapisan umat manusia yang menduduki jabatan berbeda. Gw emosi ke PM, anggota Free Norway, Rusia, jurnalis, juga rakyat-rakyat jelata yang perannya tidak signifikan di flim itu. Pokoknya esmosi is numero uno!!! Kalau nggak salah, serial ini sudah sampai di season 3, tapi baru ada 2 season di Netflix.  

Mindhunter
pic from here
Akhirnya kembali ke kiblat perfilman di dunia fana ini, Amerika. Awalnya nonton hanya karena baca berita bahwa David Fincher terlibat di serial ini. Embel-embel David Fincher ini bikin gw langsung berseru, "Bungkus!!!"  

Serial ini mengisahkan awal mula FBI mulai melirik area psikologi/behavioral untuk menangkap pelaku kriminal. Dua agen -tua dan muda, pengalaman dan idealis- berpasangan untuk mencari tahu apa yang ada di dalam kepala para pelaku pembunuhan yang melakukan tindak kejahatan dengan cara yang mengerikan dan tidak biasa. Mereka menemui para kriminal tersebut dan melakukan wawancara. Eh, kok gampang sih kayaknya? Sowan sama kriminal terus ngobrol-ngobrol deh. Salah banget. Namanya juga para pembunuh yang tidak biasa (entah jumlah yang dibunuh atau cara membunuhnya yang tidak biasa), mereka jatuhnya ya manipulatif, misalnya ya, ada yang pinter ngomong (seperti Ed Kemper) dan hal-hal yang dia katakan sebenarnya sudah dia rencanakan. Intinya dia mengatakan apa yang FBI ingin dengar. Ada juga yang emosian dan bikin komunikasi susah. Hal-hal seperti ini yang bikin kedua agen ini harus memutar otak dan menggunakan berbagai trik agar para kriminal ini mau bicara. Kadang, trik dan cara yang digunakan dianggap kelewat batas oleh petinggi FBI pada masanya sehingga membuat mereka bermasalah di dalam lingkungan FBI tersebut.

Awalnya agak males nonton serial yang diangkat dari buku ini karena gw merasa alurnya agak ngayayay *gw pun agak bingung menjelaskan*, kerasa agak lambat dan bosenin. Tapi lama-lama kerasa seru apalagi pas tahu betapa akuratnya potret Ed Kemper di serial ini. Meski tentang para pembunuh berdarah dingin, serial ini lebih fokus, sejauh ini, ke sisi sayens dan psikologis dari para pembunuh, jadi nggak ada visual yang mengerikan atau nggilani dari scene pembunuhan.


Broadchurch
pic from here


Kusuka!!! Serial Inggris ini mengangkat genre kriminal/drama yang dibintangi Olivia Colman dan David Tennant (fans berat Dr. Who pasti sudah paham). Gw nonton ini gara-gara pernah liat wawancara kedua aktor utamanya di Graham Norton *angger* dan rasanya menjanjikan deh.

Inti dari serial ini adalah pengusutan tindak kriminal dan embel-embel sederatan drama di dalamya yang nggak jarang bikin kzl nan emosi, hih!! Dan serial ini bukan tipe serial yang menunjukkan satu kasus untuk satu episode, tapi satu kasus untuk satu season. Agak kesel sih ya, sampai akhirnya tahu siapa pelaku kejahatannya musti nunggu satu season. Di season pertama, seorang anak laki-laki mati dibunuh, dan secara nggak sengaja, Alec Hardy (David Tennant) dan Ellie Miller (Olivia Colman) berpasangan untuk menyelesaikan kasus tersebut. Bukan cuma soal pengusutan pembunuhan, kehidupan pribadi para karakternya pun diangkat sehingga membuat serial ini lebih drama.  Btw, untuk yang belum nonton, tanpa spoiler, pelakunya ini bakal bikin emosi karena dia bukan cuma membunuh seorang anak tapi juga merusak tali silaturahmi yang terbina selama ini. Season dua adalah season paling emosi buat gw, karena fokus cerita mengenai persidangan si pelaku pembunuhan dari season sebelumnya. Persidangan ini pun jadi ajang pertarungan antara jaksa penuntut dengan pembela karena keduanya saling mengenal dan punya cerita. Selain tentang persidangan, season dua pun menceritakan kasus yang sebelumnya sempat Alec pegang tapi gagal dia selesaikan, double emosi jadinya buat pemirsa. Puncak emosi terjadi di akhir season ketika pemirsa mengetahui hukuman untuk si pelaku. Season tiga tetap menarik dan paling tenang nontonnya, nggak terlalu emosi karena nggak melibatkan kehidupan pribadi si tokoh utama.

Itu dia yang bikin gw senang, bukan cuma misteri tindak kriminal yang diangkat, tapi juga sisi personal dari para karakternya diceritakan. Bahkan, para pemeran pun nggak dikasih tahu siapa sebenarnya pembunuhnya (Olivia Colman tahu sih untuk season satu, itu pun nggak sengaja), jadi sepanjang film, semua aktor bertanya-tanya dan menebak-nebak. Kok seru bingit sih kedengarannya. Hal yang paling gw sukai adalah dinamika dua tokoh utamanya, berantem melulu tapi tetap saling membantu, dan yang paling pasti, no romance involved. Meski kalau serial ini dilanjutin (yang mana gw sih pengen) kayaknya sih ujung-ujungnya mereka bobok-bobok bareng juga :)))).

The Fall
pic from here
Alkisah, seorang detektif bernama Stella Gibson (Gillian Anderson) ditugaskan mengungkap kasus pembunuhan yang ternyata merupakan bagian dari pembunuhan beranatai yang dilakukan oleh satu orang bernama Paul Spector (Jamie Dornan). Seperti Broadchruch yang bukan tipikal satu seri satu kasus, The Fall  yang sudah memasuki season tiga menceritakan pembunuhan yang dilakukan Spector terhadap para perempuan. Bedanya, dari awal, para pemirsa memang diajak untuk menyaksikan aksi-aksi pembunuhan yang dilakukan Spector, jadi nggak ada cerita tebak-tebak buah manggis siapakah pelaku dari serangkaian pembunuhan tersebut. Meski pemirsa tahu kalau Spector pembunuhnya, dia itu licin bak belut, sehingga sulit ditangkap. Bahkan ketika sudah ditangkap, kesulitan tetap banyak karena Spector ini manipulatif bahkan cenderung psikopat. Ya gimana nggak, liat aja perlakukan dia terhadap para korbannya, termasuk diari yang dia punya. Nggak kalah kompleks adalah detektif Gibson. Meski kelihatannya kejam, perfeksionis, dan berdarah dingin, tapi dia menyimpan kompleksitas tersendiri dan sayangnya Spector justru bisa membaca ini dengan baik. Kehidupan pribadi dari karakter utama pun ditunjukkan dengan drama terjadi di sana-sini.

Gw nonton ini karena masih dalam bayang-bayang Gillian Anderson sebagai Scully di The X Files dan berusaha menghapus imej Christian Grey dari Jamie Dornan. Serial ini masih berjalan dan bikin emosi juga. Seperti Broadchruch, serial ini pun Inggris punya. Di sini gw kaya liat psychological war antara dua karakter utama.

3 comments:

  1. Mba Bening,
    try The Crown, season 2 baru release beberapa hari yang lalu, dan kemungkinan series nya cuman 2 season saje. I think you're gonna like it.

    - Jona

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ini beneran bagus yak? Masa aku baca riset demografik penonton The Crown rata-rata sudah tua dan kaya. Aku kan belum tua(tua amat) dan nggak kaya, hih!!!

      Baiklah, nanti Aku tonton.

      Delete
  2. mba,
    revisi, ternyata akan ada banyak season season selanjutnya :D

    ReplyDelete