10 December 2017

Kehidupan Zaman Now: Apa-apa Masuk Kategori Rasis, Seksis, dan Kawan-kawannya

Kalau kita baca soal kemajuan zaman dan peningkatan taraf hidup, kayaknya tenang dan senang ya. Usia harapan hidup semakin panjang, sanitasi dan kesehatan semakin meningkat, kesempatan pun semakin terbuka lebar buat siapa pun tanpa pandang bulu. Tapi di sisi lain, gw kok kadang ngerasa kalau sekarang ini banyak hal yang (terasanya) biasa aja tapi kok respon duniawinya luar biasa, apa gw kurang sensitip? Misalnya bercanda yang (menurut gw) biasa aja tapi dibilang seksis atau rasis atau apalah gw kurang paham, makleum rakjat djelata. 

Pergeseran nilai ke arah yang lebih baik, seperti perempuan bisa punya kesempatan yang sama, adalah hal yang gw sukai dan rayakan, makleum, di masa depan kan gw mau jadi the next Angela Merkel, tapi kok sekarang orang-orang banyak yang kelewat sensitip dan dikit-dikit ketrigger dan ujung-ujungnya ngeluarin senjata aadalan, "Stop being sexist/racist/misogynist/ dll...dlll." 

Cukup sudah hayati lelah!!! 

Misalnya ya, dulu tuh denger kata feminisme kesannya serem dan sangar, kebayangnya segerombol perempuan sangar nan galak yang marah-marah mulu nggak suka laki-laki dan ingin menguasai dunia. Pas cek kamus, eh definisinya ga ribet dan applicable buat disupport oleh semua orang.
"The advocacy of women's rights on the basis of the equality of the sexes."

Lalu gimana sekarang? Justru kadang berbalik 180°, tiap denger berita tentang feminisme atau seksisme, gw memicingkan mata memastikan bahwa berita yang gw denger nggak bikin gw  malah, "Halah, kerusuhan apalagi ini," diikuti ekspresi...  


Siapa sih yang ngga pengen perempuan maju? Lha wong hal ini baik untuk semuanya. Masalahnya, kalau merhatiin dalam kehidupan sehari-hari, justru banyak berita yang berseliweran dan bikin gw  ngelus dada sambil geleng-geleng kepala. Misalnya, pas gw tadarus akun @FeministBS. Keriuhan dan kerusuhan akan hal-hal yang nggak masuk akal bisa ditemui di sini. Pernah sekali waktu gw lihat screepcap dari orang yang kecewa. Meski dia senang ada Assassin Creed versi perempuan, dia tetap kecewa karena yang akan memerankan adalah seseorang yang langsing. "Kok nggak inklusif sih sama cewe-cewe yang kelebihan berat badan??"

I am lyke...


Ni orang yang ngomong ngerti jobdesk-nya Assassin Creed apa nggak sih?*gw juga kurang tahu, kemudian google dulu* *self toyor* Taruhlah dalam kehidupan nyata Assassin Creed melakukan  open rekrutmen, dia nerima pendaftar seorang perempuan yang kelebihan berat badan, hakul yakin setelah periode traning dia bakal jadi langsing, berotot, sigap dan lincah. Kalau nggak, gimana bisa dia mengemban tugas, belum apa-apa bisa-bisa udah isdet duluan dibunuh oleh musuh. Itu dia kenapa menurut gw konteks jadi penting, seperti halnya jangan mau ditipu *pakai* ayat *lah, ujung-ujungnya ke sana lagi* *ngok* :))))

Contoh lainnya sewaktu badai di Amerika kemarin. Ada tips yang viral di internet mengenai bagaimana cara mengecas (atau menghemat?) baterei dari smartphone. Hal ini mendapat banyak perhatian karena pada saat itu sambungan listrik mati dan semua orang pengen tetap bisa menggunakan ponselnya. Setelah tips ini viral, ada seorang laki-laki yang menjelaskan kalau cara tersebut salah, terus ujung-ujungnya dikatain mansplaining. HLH TLQ!!!


Lah, gw yang cewek aja kzl liatnya, pengen tak toyor deh simbak yang ngatain manspalining. Masnya ngejelasin secara netral tanpa merendahkan siapapun karena dia nggak pengen orang-orang justru ngikutin saran yang salah. Jadi ya nggak usah keget kalau akhirnya banyak orang yang skeptis dan ngenyek gera'an-gera'an yang diusung untuk memajukkan perempuan.

Anyho, ini post bukan tentang fenisme sih, itu cuma contoh doang saking banyaknya kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Gw cuma rakjat djelata yang senang bertjanda jadi ngerasa was-was karena kok apa-apa oversensistif? Atau semua cuma perasaan gw doang? Segala sesuatu musti politically correct (hellowww orang yang kasi review bagus buat film Dunkirk tapi bilang filmnya kurang diverse dan terlalu white-male-centrist, bok itu kejadian di WW-II, ai sia damang?!) dan diseriusin secara belebihan. Sekarang jadinya kalau mau ngetwit ngedraftnya bisa lama banget dan ujung-ujungnya ga jadi ngetwit, yabes serem cynnnn, ditambah netizen zaman now yang makin beringas. Hvft.

No comments:

Post a Comment