26 January 2017

Review Film Ala-Ala: Patriots Day dan Jim-The James Foley Story

[Disclaimer] Namanya juga review ala-ala, ya pastinya ala-ala. Selain jarang nonton film, kemampuan  gw mereview film nggak ubahnya kemmapuan gw mereview makanan, asal edible, ya she-cut!!! Kalo kebangetan nggak enaknya, baru gw protes. Begitu.

Kenapa dua film disatuin? Yaudahlah biar gampang, gw nonton keduanya minggu ini, meski bentuk filmnya beda, yang satu dokumenter, tapi kalau ditarik benang merahnya, ya masih bisalah, terror attack. Satu film tentang marathon bombing di Boston yang satu tentang freelance journalis yang diculik IS dan dipenggal kepalanya.

Gw sempet milih-milih antara La La Land, Patriots Day, Dangal atau Hacksaw Ridge, entah mengapa ujungnya nonton Patriots Day (padahal kandidat kuat adalah Dangal) yang gw rada nyesel juga, why oh why? Apakah karena aku kena pelet Mark Wahlberg? Auk ah. Kenapa rada nyesel? Ya abisnya filmnya ngono thok. Gw suka ekspektasi tinggi ketika nonton film yang berdasar kisah nyata (padahl kan Hacksaw Ridge juga, Dangal jugaaaa, ah kzl), ditambah baca twitnya Joko Anwar tentang film ini, katanya oke. Jangan salah ya, ketika gw ngerasa filmnya biasa aja bukan berarti gw nggak berempati dengan korban dan peristiwa tersebut. Abisnya kan gw dulu pernah bilang betapa malesinnya buku Diary of  a Young Girl, lalu dikatakan, harusnya gw berempati terhadap Anne Frank, dia masih begitu muda tapi punya keberanian untuk menulis, betapa sulitnya. Iya gw paham, but, having a an empathy toward what she's been going through and dislike the book written by her are two different things. At least for me.    



Patriots Day. Okelah. Menurut gw ya biasa aja, you don't watch it, you don't miss anything. Pun rasa-rasanya nggak perlu pake Mark Wahlberg atau Kevin Bacon lah, asa nanaonan kitu ya??? Inti ceritanya adalah peristiwa pengeboman saat maraton di Boston diselenggarakan dan bagaimana respon dan reaksi berbagai pihak sampai akhirnya sang pengebom bisa ditangkap. Di sana juga diperlihatkan footage asli dari peristiwa tersebut dan wawancara terhadap para survivors. Menurut gw sebagai penonton ala-ala, harusnya sih filmnya bisa lebih ngena karena menunjukkan gimana respon dari berbagai pihak seperti polisi, FBI, media, presiden, dan warga yang justru jadi bersatu ketika ada peristiwa kayak gitu. Tapi yang gw pribadi rasakan justru biasa aja. Kurang menyentuh dan yagitudoanglah.

Selama film juga banyak momen di mana gw nggak fokus karena gw malah mikir, 'Ini apaan sih?' dan juga mikirin detail nggak penting. Misalnya, ada pasangan suami istri yang jadi korban, keduanya mengalami amputasi satu kaki dan mendapat treatment terpisah di rumah sakit yang berbeda. Ketika akhirnya mereka dipertemukan kembali di suatu rumah sakit, reaksi yang gw harapkan adalah, 'Ohhhh, akhirnya. So sweet....' yang ada, 'Eh bentar, tadi textnya nunjukkin berapa hari setelah peristiwa mereka ketemu lagi? Kok lakinya masih clean shaved gitu? Harusnya facial hairnya udah mulai tumbuh belum sih? Oh mungkin emang harusnya belum tumbuh. Tapi kalau seharusnya udah mulai tumbuh, itu yang batuin shaving siapa? Suster? atau bapak mertuanya? Awkward ya.' Ngapain coba ai mikir begini sepanjang film?!?!?! Peristiwa lain, salah satu scene menunjukkan satu pengebom yang udah berhasil dilumpuhkan dengan cara ditembak sedang terkapar di jalan, pengebom satu lagi (yang namanya Jahar dan gw rasa nama lengkapnya adalah Jahara cynnn) berusaha kabur dengan mobil. Pada saat Jahar tanchap gas buat kabur, dia ngelindes temennya sendiri yang terkapar, gw sadar kalau gw harusnya ngeri atau bahasa kerennya horrified, yang ada malah ngakak, literally ngakak. Mungkin saking bosennya, scene begitu jadi hiburan. 

Gw sempet kepikiran juga misalnya muslim seperti gw nonton film ini di America, apakah akan ada prejudice dari penonton lain? Mbuhlah, wallahualambisowab.

Intinya, you don't watch it, you will not miss anything.  



Jim: The James Foley Story. Mood aku awur-awuran setelah nonton ini!!! Ditambah soundtracknya dinyanyiin Sting, aransemen dan liriknya begitu amat pulak. Ambyar semua!!! Film ini merupakan sebuah film dokumenter mengenai seorang freelance Journalis bernama James 'Jim' Foley yang mengcover konflik di Timur Tengah. Dia udah beberapa kali bolak-balik Timur Tengah untuk meliput perang dan sempat ditahan oleh pemerintah Libya pada tahun 2011 namun pada akhirnya dibebaskan. Setelah itu dia memutuskan untuk meliput konflik di Syria pada tahun 2012, sekitar November 2012 dia ditahan oleh grup radikal (yang kalau ga salah sih IS, tolong aku dikoreksi, karena ada yang bilang grup X, grup Y, IS, dll) bersama seorang jurnalis Inggris. Dia disandera selama hampir 2 tahun dan sempat berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Dia pun disandera bersama jurnalis/fotografer dari negara lain yang jumlah totalnya sampai belasan orang. Setelah hampir dua tahun, akhirnya dia dipenggal kepalanya (iyalah kepalanya, kan dipenggal).

Awal film dibuka dengan penjelasan salah stau adik Foley mengenai bagaimana dia pertama kali mendengar berita mengenai pemenggalan kakaknya. Dari awal sampai pertengahan film, semua masih biasa aja. Menceritakan Foley ini siapa. Diisi dengan narasi dari anggota keluarga, teman, dan juga kolega yang pernah bekerja bersama Foley di wilayah konflik. Selain itu, ditunjukkan pula real footage hasil pekerjaan Foley selama ini. Beberapa bagian menunjukkan keadaan asli di wilayah konflik tanpa sensor, seperti korban perang, mayat, ledakan, dan situasi di salah satu rumah sakit di Syria. Menurut gw sih masih normal, nggak visually disturbing. Di awal film ada peringatan kok, bahwa akan ada image seperti itu, tapi proses pemenggalan Foley tak akan ditampilkan.

Pertengahan film, di mana mulai menceritakan Foley ditangkap dan disandera, sampai akhir film barulah jahanamiyah. Di bagian ini, diisi oleh bagimana kontak dan negosiasi terjadi antara penyandera dan keluarga Foley, tapi sebagian besar menunjukkan para jurnalis dan fotografer yang menceritakan pengalaman mereka ketika disandera bersama Foley. Pengalaman apa yang mereka rasakan, bagaimana Foley ketika disandera, dan kesan mereka terhadap Foley. Sedih nyet....sedih. Kadang mikir, kok bisa ada manusia yang tega kayak gitu. Ada bagian di mana salah satu jurnalis Prancis mengatakan kurang lebih, 'We were so hungry we ate banana peel. And there's a time they gave us chicken we ate its bones as well.' 

Selama disandera, Foley ini dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain, sampai akhirnya dia dipindahkan ke dalam ruangan bersama para jurnalis dan fotografer yang gw sebut di atas. Karena Foley sudah hampir setahun disandera, dia sudah 'berpengalaman' dan berbagi dengan sandera lain apa yang dia rasakan. Ada waktu di mana penyandera memperlakukan mereka seperti teman, namun selang beberapa jam kemudian mereka akan datang dan menyiksa habis-habisan. 

Banyak hal yang bikin emosi naik turun ketika nonton film ini.

Ketika diceritakan bahwa Foley ini solat. Saat dia masih di Libya (atau di Iraq bantuin USAID? gw lupa), Foley memang sering solat bersama warga, karena dia sempat ditanya, 'Kok nggak solat bareng kita?' dan dia nggak tahu musti gimana ngejelasinnya. Gw nggak mau ngangkat apakah ini penistaan ketika dia ikut solat bareng muslim lain sedangkan dia bukan muslim, oke?! Ketika dia disandera dan solat, gw nggak tahu apa yang sebnarnya terjadi (of course, nobody actually knows), tapi yang bikin gw sedih adalah pernyataan seorang fotografer Denmark yang ditahan bersama Foley. Dia kurang lebih mengatakan, 'He's a man with the strong faith (faith in his own religion), but when you get used to go to Church every Sunday and attend the mass, then all of sudden you can't do it anymore, you need another way to do something with your faith.' Inti yang gw tangkap adalah Foley punya kepercayaan yang kuat pada agamanya, tapi ketika dia disandera, dia kesulitan untuk tetap terhubung dengan Tuhan-nya akhirnya supaya koneksi dengan Tuhan bisa tetap terjaga, dia memutuskan untuk (konvert ke Islam dan) solat. Gw sedih anet. Ketika seseorang 'nyari' Tuhan sendiri dan menemukan di suatu agama (lain), it's ok. Tapi kalau keadaan yang memaksa, itu sediiiiiiiiiiiihhhhhhhhhhh. Tapi lagi-lagi, gw (dan seluruh dunia) nggak tahu apa yang sebenarnya terjadi dan dia rasakan. Hal lainnya, ketika Foley menceritakan bahwa hari itu adalah hari ulang tahun dia. Sandera lain mengucapkan selamat dan nyanyi untuk Foley sambil mengatakan semoga tahun depan kamu bisa merayakan dengan lebih baik lagi. Tapi yang terjadi, itu ulang tahun Foley yang terakhir.

I got an impression that he's the strongest, bravest, and selfless person, among us in general and among other hostages in particular. He remained strong and even cheered Ottosen (Danish photographer) who was tortured few weeks led up to his released while Foley had no clue at all about himself. Whether he would be freed or what. Before being captured, he even raised money to get secondhand ambulance for particular hospital in Syria.

Keluarga menyayangkan respon pemerintah US yang dianggap kurang, karena belasan sandera dari EU berhasil dibebaskan dengan cara ditebus. Entahlah soal ini.

Udah ah, hayati lelah. It's a good movie to watch which leads to some kind of philosophical question ssuch as, 'Why would these war journalist are willing to do that? What am doing with my life? Have I done enough for others? Why some people could be that evil? Killing and manslughtering? ' Auk ah. Kzl. Zbl. Cedi. 

Yaitu tadi, yang paling kampret sih pas filmnya udah selesai. Lagu Sting-The Empty Chair diputar dan ada slideshow foto Foley semasa hidup. Sebelumnya gw nggak ngeh dengan hal ini, gw tahu ada wartawan US yang dipenggal, tapi gw nggak ngeh dan nggak pernah tahu ceritanya, bahkan sampai disandera selama itu. Gw nonton film ini pun iseng karena baca berita soal lagu Sting ini yang dapat nominasi Oscar. Inspirasi lagunya aja udah bikin cedi, Sting bilang 'Gw ngebayangin Thanksgiving, saat berkumpul dengan keluarga. tapi ketika sudah kehilangan anggota keluarga, kursi tempat dia biasa duduk akan selalu ada di sana, namun kosong.' *nangis senderan di dada Sting yang meski udah tua banget tetep bidang dan firm*


Silakan, ini liriknya, ayo ambil suara, Do=C, oke?

If I should close my eyes, that my soul can see,
And there's a place at the table that you saved for me.
So many thousand miles over land and sea,
I hope to dare, that you hear my prayer,
And somehow I'll be there.

It's but a concrete floor where my head will lay,
And though the walls of this prison are as cold as clay.
But there's a shaft of light where I count my days,
So don't despair of the empty chair,
And somehow I'll be there.

Some days I'm strong, some days I'm weak, 
And days I'm so broken I can barely speak,
There’s a place in my head where my thoughts still roam,
Where somehow I've come home.

And when the Winter comes and the trees lie bare,
And you just stare out the window in the darkness there.
Well I was always late for every meal you'll swear,
But keep my place and the empty chair,
And somehow I'll be there,
And somehow I'll be there.

No comments:

Post a Comment