27 December 2016

Bangkok.....Sawadikaaa!!! (Part 2)

Eniwei, dua hari lain dari total empat hari di Bangkok (dan sekitarnya) digunakan untuk syuting challenge. Totalnya ada lima challenge yang pastinya bakal kami ceritakan di kolomikan87, tunggu aja ya!!! *duileeee, pemirsa juga nggak ada yang nungguin, pret :)))*

Challenge Hari 1 

Ada dua lokasi yang digunakan untuk challenge hari 1, yaitu Benjakiti Park dan Asiatique alias Asia Syantique. Saat itu udah akhir November dan kami pergi ke Benjakiti Park pagi-pagi, tapi yasalammmm, gw nggak paham Thailand ini mataharinya ada berapa. Benjakiti Park ini dipilih karena lokasinya yang nggak terlalu rame, pengunjung yang datang ke taman ini biasanya para expat yang hobinya jogging. 

Sorenya kami pindah ke Asiatique. Asiatique ini pada dasarnya lokasi perbelanjaan. Bukan shopping mall dan nggak melulu jual souvenir, meski toko souvenir tetep mendominasi, kita tetap bisa menemukan tempat makan atau barang KW dari merk-merk terkemuka. Gw sih seneng ya di sini, karena udah cukup bisa menemukan apa-apa yang dicari, termasuk Pocky rasa mangga :)))). Kalau Asiatique ini dirasa kurang memuaskan hasrat, bisa datang aja ke Chatuchak, tapi harus diingat, Chatuchak ini hanya buka di kala weekend.

Foto-foto? Ah,  handphone gw ini mulai suka berulah. Beberapa foto yang gw ambil di Benjakiti dan Asiatique pada hilang setelah gw merestart handphone. Merestart hape bikin dia melakukan tindak swahapus. KZL NGETZ DEH GW. Yang nyisa hanya yang sempet diupload ke instagram, pret.

A photo posted by Bening (@cchocomint) on

Oiya, di hari pertama ini, kami sempet juga mampir ke mall namanya Terminal 21, seru deh ih, karena ceritanya mall ini konsepnya seperti terminal bandara, di setiap lantai merupakan terminal bandara yang terhubung ke suatu kota. Walhasil, setiap lantai memiliki desain yang berbeda sesuai dengan kota tersebut.




Challenge Hari 2

Hari kedua kami pergi ke utara untuk mencari kitab suci mengunjungi Ayutthaya. Ayutthaya ini sekitar 2 jam naik kereta dari Thailand. Rupa-rupanya daerah tempat tinggal gw cukup strategis juga. Dari hostel cuma perlu jalan sekitar 10 menit untuk sampai stasiun Hua Lamphong yang mana merupakan stasiun MRT juga stasiun kereta, azeg. Nah, di Ayyutthaya ini terdapat banyak Wat dan kalau nggak salah jadi world heritage UNESCO, iya nggak sih? *penulis nggak yakin, apalagi pemirsa*

Sebelum masuk wilayah Ayutthaya Historical Park, kami melihat ada konter tiket, wah kan ya, sebagai pelancong pelit kirain masuk wilayah ini tuh bakalan gratis, ternyata bayar. Lalu jalan mendekat...mendekat...mendekat, eh, ternyata masuk wilayah historical park-nya gratis dalam rangka mengenang Raja Bhumibol, OMG, dua pelancong pelit ini pun langsung berbahagia *kirim al fatihah dulu buat Raja*. Kalau nggak salah, hal ini masih berlangsung sampai Januari 2017.

Meski candi Budha, tipe bangunan Wat di Ayutthaya ini beda dengan tipe candi Budha yang biasa kita lihat di Pulau Jawa (misalnya Borobudur atau Mendut). Bangunan candi di Ayyuthaya ini lebih mirip candi Budha yang ada di wilayah Sumatera, seperti Muara Takus atau Muaro Jambi. Entah influence-nya dari mana atau sebaran Budha ini kayak apa, ai kurang paham. 

Di sini sempet muter juga untuk liat wilayah candi lainnya yang kayaknya kurang worth the effort, selain jadinya tawaf gempor, wilayah candi lain kurang oke, ditambah panas puooolllll. Kejadian paling epic adalah waktu dua pelancong kere tapi solehah ini lagi bingung mau makan siang apa, karena agak bingung juga buat nemu yang halal *oke, gw ga musti halal, sing penting ga ada babi :))))*. Pas lagi tawaf, tiba-tiba mata tertumbuk sama pedagang kaki lima yang jualan ayam halal dengan pedagang berupa makmak jilbaban, oh rejeki anak (dengan ibu) soleha....ha....ha..hahahahaha. Langsung sikat!!!! Lucunya, ayam goreng ini dipadukannya bukan dengan nasi putih biasa, tapi dengan nasi ketan putih. Agak aneh sih ya, tapi gw doyan, kenyel-kenyel gurih gimana gitu. 

Untuk pergi ke Ayyuthaya dari Bangkok memang baiknya pagi, untuk antisipasi jadwal kereta yang ngaret, perjalanan yang lumayan lama, dan kejamnya matahari Thailand. Rute yang ditempuh saat itu adalah dengan kereta dari Hua Lamphong dan turun satsiun Ayutthaya. Setelah itu sambung naik perahu untuk menyebrangi sungai. Nah ini yang agak tricky, karena agak bingung juga untuk menemukan pangkalan perahu ini. Untuk sampai ke pangkalan perahu, begitu sampai di luar stasiun Ayyuthaya, langsung nyebrang, yak nyebrang. Lalu ikutin jalan tersebut, lurus...lurus..lurus, langsung sampai pangkalan, nggak jauh kok. Setelah nyebrang menggunakan perahu, untuk sampai ke Ayutthaya Historical Park ini lumayan juga, mungkin jalan kaki 15 menit. Pilihan lain adalah sewa sepeda, naik tuk-tuk, atau taksi. Kalau mau lebih mudah lagi, ada mini van dari Bangkok menuju Ayutthaya. 

Soal foto-foto, kejadian di sini lebih kampret lagi karena foto yang gw ambil nggak ada yang tersimpan, hapenya nggak (mau) ngesave. Kamfret kamu henpon!!!! 

Sebagai pelipur lara, hancong ngirimin foto-foto di Ayuthaya, gw belom minta izin, tapi akan gw aplot di sini, kalau dese nggak protes, berarti emang by default gw diijinkan...moahahahahahaha.

Ini yang paling terkenal, Head Buddha in Tree.
Pic: Hancong
Pic: Hancong

Pic: Hancong


Pic: Hancong

Terkampret adalah di perjalanan pulang, di mana perjalanan yang harusnya dua jam jadi sekitar tiga jam dan kami sebagai penumpang nggak ngerti apa yang terjadi. Selama perjalanan keretanya emang sempet beberapa kali berhenti, terutama kalau papasan dengan kereta lain (yang lebih bagus). Makleum. kereta butut harus ngasih jalan sama kereta elit, bersih, kinclong dan ber-screen. Setelah kurang lebih dua pertiga perjalanan, kereta sempet berhenti lamaaaaaaa banget, tiba tiba dari luar ada petugas yang teriak-teriak, 'Pangpongpingpeng yayayaya lalalalala,' *gw ga paham* dan penumpang lain berduyun-duyun turun, ya udahlah kami ikutan turun. Meski katanya jangan ikut-ikutan kerumunan, emangnya sapi herd mentaliti, tapi di situasi kayak gini, ikut kerumunan adalah hal paling bijak. Setelah nunggu di luar, ternyata kami diminta naik ke kereta lain, naga-naganya kereta yang pertama habis bahan bakar. Lalu terjadi pembahasan antara gw dan hancong, sebenernya bahan bakar kereta api apaan sih?

Begitulah kurang lebih perjalanan gw ke Thailand yang nggak ada itinerary-nya. Banyak banget wilayah yang belum terjamah, termasuk wilayah-wilayah yang ada di dalam Bangkok sendiri. Bangkok tuh ngingetin gw sama Jakarta, cuma ya tetep lebih bagus karena ada MRT dan Subway (indikator ke-oke-an kota versi gw, salah satunya ya publik transport mumpuni). Ada wilayah super shiny dengan mall-mall yang paripurna dan gedung-gedung pencakar langit, di sisi lain, banyak wilayah yang yang kontras dengan pemandangan tersebut. Kerasa terutama ketika sedang jalan kaki, gw berasa jalan kaki di bawah fly over Kiara Condong, seriusan, persis. Pun banyak pengendara motor di trotoar, cuma bedanya mereka nggak nglakson dan marahin pejalan kaki :))).

Keriaan di Bangkok aja banyak yang belum terjamah apalagi kehedonan Pattaya atau Phuket hahahahahaha. Lain waktu mampir Thailand lagi, apa perlu juga menyambangi keriaan yang gw liat di The Hangover 2???? 8'))))

No comments:

Post a Comment