Salah satu pembawa petaka di muka bumi ini tuh kan gigi bungsu ya, judulnya sih wisdom teeth, tapi teu bijak-bijak acan. Pret. Jadi gini, awalnya pas jaman kuliah S1, gw ge-er dan merasa kalau kayaknya bakal tumbuh gigi bungsu deh. Tahu kan ya perasaan cenat-cenaut di gusi kalau gigi mau tumbuh. Tapi ga ada yang tumbuh. Terus cenat-cenutnya juga ilang. Gitu aja terus siklus hidup gw, dalam setahun kayaknya ada periode cenat-cenut, terus ilang, cenat-cenut, terus ilang. Repeat.
Terus yaudahlah, sungguh mati aku jadi penasaran, ada apakah gerangan. Oke, janjianlah sama dokter gigi. Oke, bitch me please for visiting dentist here. Harusnya gw balik dulu ke Bandung atau paling enggak ngesot ke Batam kalau mau lebih murah. Tapi yowis, semua sudah terlanjur. Ketemu dokternya, terus bilang kalau gw penasaran, sebenernya gw bermasalah sama gigi bungsu nggak sih. Oke, terus dokternya bilang kalau untuk tahu hal tersebut, gw harus x-ray, karena kalau diliat dari permukaan gusi, nggak keliatan apa-apa. Yaelah, pasti mahal nih *dalem hati doang*. Tapi yaudahlah, sekalian aja. Tapi sebelum di x-ray, gigi gw dibersihin dulu. Scaling and polishing, whatever they call. Mungkin dokternya amazed, ini orang nggak pernah ke dokter gigi apa, pasti kotoran gigi gw udah numpuk kayak permasalahan hidup *tetep curhat*. Ya gimana, sejak copot bekhel, praktis akik udah nggak pernah ke dokter gigi lagi. Harap makleum. Dan ternyata cukidh ya bokkkkk, entah dokternya pakai kekuatan super karena segala kotoran di gigi gw super bandel. Auk ah. Pokoknya cenat-cenut, linu, dan berdarah-darah. Paling pas kalau lagi kayak gini ketemu orang yang disebelin, tinggal ludahin aja, cuh!!
Habis dibersihin, terus x-ray and it turned out I had no problem at all with my wisdom teeth. Gimana mau bermasalah sama gigi bungsu, lha wong punya aja enggak, hih!! Jadi di dalem gusi gw besih, sih. Nggak ada bakal calon gigi yang akan tumbuh. Sedangkan sampai saat ini jumlah total gigi gw seharusnya 28. Kenapa seharusnya? Karena 2 gigi dicabut ketika gw pasang bekhel, jadi total gigi gw saat ini cuma 26. Jumlah gigi remaja, bukan dewasa. Hyeuk! Terus tes menggigitlah, cek sana-cek sini. Terus dokternya bilang nggak ada masalah apa-apa, mungkin pas cenat-cenut lagi sensitive aja, abis makan apa barangkali.
Ya hamdalah sih gadamasalah dengan gigi bungsu. Malu deh aku udah kegeeran, tapi ya nggak apa-apa daripada kenapa-kenapa. Tapi senyum bahagia langsung surut begitu liat tagihan di kasir.
MAHAL BANGET NYETH!!!
Hampir setengah dari harga kamar per bulan.
BUNGCUDH!!
Dan kover untuk dental care di mari kecil banget bok. Untungnya ada mekanisme lain yang diterapkan, di mana ada sejumlah poin yang bisa dipake buat claim secara fleksibel kalau dibutuhkan. Yaudah gw klaim aja pake itu, kalau enggak, bisa-bisa sebulan ini gw makan nasi digaremin. Pret!!
Inti ceritanya adalah terlalu kegeeran dalam segala aspek emang tidak baik. Terus kalau mau periksa gigi dalam keadaan tidak darurat alias ga musti buru-buru amat ke dokter gigi, ya nunggu pulang dulu aja atau ngesot ke Batam daripada pucing pala berbi. Oh, dan yang pasti, yang namanya anjuran ke dokter gigi sekali dalam enam bulan itu memang baiknya dilakukan. Setelah scaling, rasanya lapang banget. Kayaknya aku bisa bikin lapangan bola di antara sela-sela gigi, saking bersih dan lapangnya.
Terus yaudahlah, sungguh mati aku jadi penasaran, ada apakah gerangan. Oke, janjianlah sama dokter gigi. Oke, bitch me please for visiting dentist here. Harusnya gw balik dulu ke Bandung atau paling enggak ngesot ke Batam kalau mau lebih murah. Tapi yowis, semua sudah terlanjur. Ketemu dokternya, terus bilang kalau gw penasaran, sebenernya gw bermasalah sama gigi bungsu nggak sih. Oke, terus dokternya bilang kalau untuk tahu hal tersebut, gw harus x-ray, karena kalau diliat dari permukaan gusi, nggak keliatan apa-apa. Yaelah, pasti mahal nih *dalem hati doang*. Tapi yaudahlah, sekalian aja. Tapi sebelum di x-ray, gigi gw dibersihin dulu. Scaling and polishing, whatever they call. Mungkin dokternya amazed, ini orang nggak pernah ke dokter gigi apa, pasti kotoran gigi gw udah numpuk kayak permasalahan hidup *tetep curhat*. Ya gimana, sejak copot bekhel, praktis akik udah nggak pernah ke dokter gigi lagi. Harap makleum. Dan ternyata cukidh ya bokkkkk, entah dokternya pakai kekuatan super karena segala kotoran di gigi gw super bandel. Auk ah. Pokoknya cenat-cenut, linu, dan berdarah-darah. Paling pas kalau lagi kayak gini ketemu orang yang disebelin, tinggal ludahin aja, cuh!!
Habis dibersihin, terus x-ray and it turned out I had no problem at all with my wisdom teeth. Gimana mau bermasalah sama gigi bungsu, lha wong punya aja enggak, hih!! Jadi di dalem gusi gw besih, sih. Nggak ada bakal calon gigi yang akan tumbuh. Sedangkan sampai saat ini jumlah total gigi gw seharusnya 28. Kenapa seharusnya? Karena 2 gigi dicabut ketika gw pasang bekhel, jadi total gigi gw saat ini cuma 26. Jumlah gigi remaja, bukan dewasa. Hyeuk! Terus tes menggigitlah, cek sana-cek sini. Terus dokternya bilang nggak ada masalah apa-apa, mungkin pas cenat-cenut lagi sensitive aja, abis makan apa barangkali.
Ya hamdalah sih gada
MAHAL BANGET NYETH!!!
Hampir setengah dari harga kamar per bulan.
BUNGCUDH!!
Dan kover untuk dental care di mari kecil banget bok. Untungnya ada mekanisme lain yang diterapkan, di mana ada sejumlah poin yang bisa dipake buat claim secara fleksibel kalau dibutuhkan. Yaudah gw klaim aja pake itu, kalau enggak, bisa-bisa sebulan ini gw makan nasi digaremin. Pret!!
Inti ceritanya adalah terlalu kegeeran dalam segala aspek emang tidak baik. Terus kalau mau periksa gigi dalam keadaan tidak darurat alias ga musti buru-buru amat ke dokter gigi, ya nunggu pulang dulu aja atau ngesot ke Batam daripada pucing pala berbi. Oh, dan yang pasti, yang namanya anjuran ke dokter gigi sekali dalam enam bulan itu memang baiknya dilakukan. Setelah scaling, rasanya lapang banget. Kayaknya aku bisa bikin lapangan bola di antara sela-sela gigi, saking bersih dan lapangnya.
No comments:
Post a Comment