Tadi lagi beberes dokumen, lalu gw menemukan surat rekomendasi untuk ikut
summer course pada masanya dari study adviser gw. Well, i guess, he’s one of
the kindest people i’ve ever met in NL. Banyak orang lain yang gw temui di sana
dan hatinya seputih salju. Baik sekali. Meskipun kebaikannya kadang terselubung
di balik kelakuannya yang sering nyebelin. Contohnya ya study adviser gw, Rudi.
Diana udah tua bingit bok, kalau jalan udah bongkok-bongkok gitu, tapi asik
banget orangnya. Kalau kita liat-liatan dari jarak jauh, cukup lambaikan tangan
sambil teriak ‘Hai!’ atau ‘Oy!’ atau ‘Rudi!’ Rudi ini sangat baik dan helpful. Kalau
kita email pasti dibalas, kalau butuh ketemu pasti disempatkan, kalau butuh
bantuan pasti dibantu. Lho, itu kan memang udah kewajibannya study adviser tho? Tunggu
dulu, bantuan yang dia kasih itu bukan melulu masalah akademis. Belum lagi,
study adviser gw ketika awal studi master bukan Rudi -sebut saja Ujang- yang mana tiap gw imelin
itu chance ngebalesnya 1:10000000. Kalau gw cerita sama temen, tanggepannya,’Sama
Ujang tuh sistemnya bukan bikin appointment via email, lo ketok langsung
ruangannya!!’
Oke, kembali ke Rudi.
Salah satu temen gw, sebut saja Mawar asal Ethiopia, waktu datang ke NL
buat kuliah ternyata lagi hamdan. Dan dalam perjalanan studinya, dia perlu
pulang di tengah-tengah buat melahirkan, cuti dulu, dsb. Karena satu dan lain
hal, whisper on the street said that Mawar mengalami kesulitan biaya. Mungkin
karena dia harus pulang di tengah-tengah studi, ya harus beli tiket yang entah
dikover oleh sponsornya atau nggak. Intinya ada kesulitan. Nah, di kala situasi
seperti ini -lagi-lagi whisper on the street berkata bahwa- Rudi lah yang jadi
perpanjangan tangan Tuhan buat Mawar, mungkin meminjamkan atau gimana, nggak tahu. Singkat cerita,
Mawar sudah melahirkan dan kembali ke Wageningen. Terus ngobrolah kita dan pada
satu titik dia berkata,’Iya, nama anak saya tuh XXX, tapi kami sekeluarga
sepakat untuk kasi nama panggilan Rudi, sebagai tanda terima kasih untuk Rudi.’
Aaaaaahhhhhh..... :’3
Di luar perkara akademis aja sebaik
dan sepenolong itu, apalagi di kehidupan akademis. Di kehidupan akademis sih
perpaduan antara baik dan kampret. Ke gw dese kampret pokoknya. Pernah suatu
hari gw janjian sama beliau untuk ngomongin mata kuliah yang akan diambil di
suatu periode (kampus akik sistemnya periode, periode panjang kurleb 2 bulan
untuk 2 matkul, dan periode pendek 1 bulan untuk 1 matkul). Ada suatu mata
kuliah yang berhubungan sama policy. Duh, gw males banget kalau udah
policy-policyan. Akhirnya:
Me : Rudi, matkul ini boleh saya drop nggak? Saya pengen ganti yang x atau
yang y aja.
Rudi: Bentar, spesialisasi yang kamu ambil kan yang ini, berarti matkul ini
wajib, ga bisa kamu drop.
Me : *diam menatap Rudi*
Rudi: I’m sorry lady, but you have to take that course and you can kill me
afterward if you don’t like it
Me : ......
Selain sigap diajak ketemuan, beliau pun sigap kalau diminta bantuan, misal
bikin surat rekomendasi. Tinggal kirim imel aja buat kepentingan apa, cepet
banget dibikinnya, lalu dia akan email balik kalau surat udah bisa diambil. Kalau
jadwal nggak match? ‘Kamu nggak perlu ketemu Saya, ambil di meja ruangan Saya.
Amplop yang ada nama kamunya.’
Pas mau pulang pun sempet pamit dan ngobrol-ngobrol. Gimana rasanya mo
pulang *ini tuh pertanyaan harom untuk mereka yang akan balik ke tanah air*,
rencana ke depannya apa, kesan selama
kuliah apa. Lalu sampailah pada pertanyaan maha kampret...
Rudi: Bening, kamu singel nggak?
Me: *nanyain status kan ini, bukan nanya permainan badminton gw* Iya,
kenapa?
Rudi: APA?! KAMU MASIH SINGEL?! DUA TAHUN DI SINI TUH KAMU NGAPAIN AJA?!?!
Me: ........
Kampret kan dia? Kampret kan? Kan? Kan? Kan? Tapi itu justru yang bikin
kangen. Gila, kangen banget. Sama NL, sama segala isinya, sama cuacanya yang
labil, sama ramahnya orang-orang sana (mereka itu ramah loh, beneran. Bukan sarkas),
sama kelakuannya yang nggak pake basa-basi, sama sotoynya orang sana (soal
sotoy mereka juara segala juara lah. Survey yang dilakukan sama expat yang
tinggal di sana pun memberikan hasil kalau mereka itu sotoy parah bahahahahaha)
, pokoke sama segalanya.
View from my room in the winter time. Jangan kemana-mana my dear Wag, I'll definitely be back there, my home :') |
No comments:
Post a Comment