16 May 2025

Cerita Amerika: Tipping Culture

OMG. 

Insanity is probably the word I choose to describe tipping culture in America. I heard about it before I was lucky enough to visit the US, but I did not know how that thing manifests in your daily life. My basic understanding of tipping is that an extra from customers when they are happy with the services, not a compulsory component in paying somebody else's salary. In many first world countries, it is unnecessary, in some countries it's considered rude, like, "Scuse me don't tip us.' But in the US, it's like the employers way to  gaslight the customers to believe that employees well being is customers' responsibility, like whatttt?!?! 

I was at a fast food and doing self-service order and this is what I saw right before I paid the order:


By default you are expected to tip 10%, 15%, or 20%., alternatively you can choose 'Other' to give custom tip or no tip. When I ate in 'proper' restaurant or cafe, the default value of your tip are 15%, 20%, and 25%. When you do the math that you are expected to give 25% of the total amount you purchase, which is not cheap, it's honestly insane.

Since tipped workers are not only restaurant workers, you'll see request for tip as well from hotel employee as such:


I have never seen this thing before where you are expected to tip housekeepers in the hotels.

When I was thinking about writing my shock regarding the tipping culture, I saw story on LWT (which I managed to watch it's tapping *yes, I won't shut up about it*) about tipping in the US. 

Majority of the story is not shocking, quite the opposite, it's kind of expected. However, there are two points that are new and crazy for me regarding this tipping culture:

1. Lower wage for tipped workers. Tipped workers are people who receive at least 30 USD per month (that's so little) in tips allowing employers in many states to pay this type of worker much lower minimum wage. The hourly minimum wage in the US is 7.25 USD while tipped workers receive 2.13 USD since 1991. The employers argue that the low wage can be offset by the tips given by the customers. By law, if the employee cannot earn the standard minimum wage of 7.25 USD due to little tips, the employer will make up the different, but it's juts never happens.

2. Tipping and it's hierarchy distribution. It turns out that when you are servers and receive tip, you are expected to share/distribute the tip to other restaurant personnel. And when you don't receive (sufficient) tip, you have to use your own money leaving you with minus earning. Whaaattttt????????

I understand when tipped workers ask regular people to put themselves in their shoes and tip, but it should not shift the employer responsibility to pay living wage to their employee. Why don't you just stop with the sub-minimum wage and pay everyone 7.25 USD? This practice is found in some states/cities, so expand it to federal level and everyone is paid fairly. I am mostly confuse that things are sort of flipped over there; something that is supposed to be taken care on structural level becomes individual responsibility to fix it and the other around. Greatest nation on earth.  

Read More »

26 April 2025

Cerita Amerika: Pengalaman Nonton Taping Last Week Tonight

Ini cerita soal pengalaman nonton taping Last Week Tonight (LWT) alias menjadi alay-alay di negeri Paman Sam. Ketika gw tau ancer-ancer kapan gw bakal di Amerika, yang pertama kali gw lakukan adalah ngecek kapan Season 12 LWT tayang, tiap hari ngegugel itu sampai akhirnya tau kalau syuting pertama bakal tanggal 15 Februari. 

Setelah itu, kerjaan gw ngecekin kapan registrasi tiket untuk nonton taping 15 Februari dibuka. Pas udah tau kapan bakal dibuka, aslina gw pasang alarm di handphone, ambis untuk menjadi 5 besar orang pertama yang registrasi. Di saat yang bersamaan, sekalian aja gw cek and ricek acara-acara lain yang tapingnya di NY, gw tertarik, dan jadwalnya sekitaran taping LWT alias 15 Februari. Pas banget kalau The Daily Show (TDS) masih ada slot kosong untuk tanggal 13 Februari, gaskeun! Pada saat itu belum tau siapa host-nya, yang jelas bukan Jon Stewart karena jadwal dese Senin doang, tapi gapapa.

Singkat cerita, gw tetep inget registrasi tiket LWT meski tanpa alarm, gw udah siap-siap depan laptop bak orang yang mau war tiket konser. Btw, seperti yang gw bilang di postingan tentang TDS, tiket untuk taping show dibagikan secara gratis, dan lo juga datang aja, bukan dibayar. Jadi kalau ada yang nawarin tiket tapi kalian disuruh bayar, jangan percaya. 

Okelah, gw sat-set banget registrasi tiket, hakul yakin bukan 5 besar, tapi 3 besar pertama *anji teu penting.* Di registrasinya dibedakan antara fans lokal dan internasional, jadi gw ngarep banget sebagai visitor chance gw lebih tinggi untuk dapet tiket, tapi ya memang expectation kills gitu loh. Setelah registrasi, lo bakal nerima email konfirmasi yang salah satu isinya bilang bahwa kalau lo dapet tiket, lo akan dikasih dalam waktu 5-7 hari kerja, dan kalau lu ga denger apa-apa sampai tanggal 11 Februari, artinya lo ga dapet tiket. Okelah.

Berbekal pengalaman di TDS yang mana gw dapet konfirmasi kalau gw diundang di hari yang sama gw registrasi (Selang beberapa jam dong), gw berkesimpulan kalau lo dapet seat maka mereka akan cepet ngasih taunya. Gw tunggu-tunggu, pas udah lewat 3 hari mulai mengsedih karena yakin bakal ga dapet. Bener aja sampai 11 Februari gw ga denger apa-apa. Mana belum pesen kereta karena mau jalan dari NY ke DC dan jam keberangkatan gw tergantung dapet/nggaknya tiket LWT.   

Akhirnya di tanggal 11 Februari gw kirim email ke mereka, memainkan ‘visitor card’ alias gw hanya berkunjung ke US dan jadwal yang cocok di gw hanya tanggal 15. Apa yang terjadi? GW DAPET TIKETNYA!!! Boleh jadi mereka emang bakal ngasih gw tiket, but I like the idea that I asked and I got. 

From this.


To that.


Seperti yang gw certain di sini, nonton taping tuh lama ya. Mungkin alasan ada batas usia minimum tuh bukan hanya adult language, tapi orangnya harus cukup sabar dan ga akan ngomel-ngomel nggak jelas karena, aslina, waktu nunggu lebih lama dari waktu taping. Untuk LWT, gw mulai ngantri jam 15 sore, dan udah ada sekitar 15-20 orang di depan gw. Btw, lokasi studionya mayan proper -whatever proper means-, di jalan menuju studio gw lewat RS Mount Sinai and my tiny Indonesian mind could not comprehend eta RS BADAG pisan. Kalau di TDS kan semua tiket untuk fan sifatnya reguler, nanti di hari H pacepet-cepet datang, kalau belakangan dan studio udah penuh, ya nggak bisa masuk. Kalau di LWT, tiket buat fans ada klasifikasinya, untuk yang udah pasti dapet seat dan untuk waiting list. Taping seharusnya mulai jam 16:45, tapi molor lebih dari 30 menit karena legal tim-nya masih berdebat apakah yg akan diomongin aman atau nggak 😂.

Kalau di TDS, penonton boleh foto sampai puas di dalam studio kalau acaranya belum mulai; di LWT, ga boleh foto-foto ketika udah masuk dalam studio. Gw dapet baris pertama section tengah-kanan. Oh rejeki. Prosesi acara sama kayak TDS, ada warming-up guy dan ternyata orangnya sama dengan di TDS, berarti job desc dese emang crowd working. Dia manasin penonton sambil bagi-bagi kaos LWT tiga biji, abis itu John Oliver masup, makasih ke penonton blablabla, terus ada sesi Q&A 3-5 pertanyaan. Tiap show emang narik demografik yang beda ya, pasti ada diagram venn-nya, tapi orang-orang yg nanya ke John udah kayak self selecting audience. Ada yang political journalist, social scientist di Microsoft, sampai immigration lawyer. Habis itu John bilang ke penonton, ‘Ini pathetic sih buat komedian, tapi nanti selama taping, kalau mau ketawa, out loud ya.’ Unleash your inner alay ala Dahsyat. Kayaknya gw berkaca-kaca gitu, pas intro acaranya diputer di studio, ikr.

He’s owsem, selama taping dia lasut 2-3 kali doang, bikin musti retake dan ngulang bit yang sama, ‘Ga ada lagi yang lebih fun buat penonton ketika udah tau jokes apa yang bakal diucapkan.’ Di akhir, dia diminta lagi mengulang beberapa kata/frasa yang dianggap kurang jelas/salah pelafalannya selama taping, untuk magically diinsert ke video versi final. 

He’s like what you’ve seen on screen and it makes me happy. Gw juga ga selalu setuju sama apa yang dia bilang di LWT, but I have so much respect for him. Ketika dia Q&A, ada bagian di mana dia bilang, 'Oh when I did community…' Dese doing charity juga. It just makes me happy.

Berikut episode yang gw toton tapingnya:

Read More »

22 April 2025

Anatomi Hutang

Gw lagi main internet lalu menemukan artikel tentang ngutang dari NPR, salah satu bagian dari artikelnya berbunyai: 

Gw rilet, bukan karena uang yg dipinjam dipake beli TV seharga 1500 USD, tapi karena orang yang dipinjemin duit udah bersenang-senang tapi nggak memprioritaskan bayar hutang, like what?!?!?!

Gw mengerti kalau idup tuh mahal, belum kalau lay-off atau kejadian tertentu yang memang mengharuskan untuk pinjam uang. Itu dia kenapa gw merasa kalau hutang tuh bukan cuma hutang, tapi ada anatominya.

1. Orang yang pinjam uang karena tidak mampu. Dasarnya memang karena butuh. Gw beberapa kali ada di posisi orangnya nggak mengembalikan uang, gw nggak suka diperlakukan seperti itu tapi gw diem aja (credit to my upbringing I can't even stand for myself). Gw sih berharap orangnya bilang bahwa dia butuh waktu lebih lama untuk bayar, asal ini memang untuk kebutuhan mendasar dan darurat. Kalau memang benar-benar nggak bisa bayar karena life is hard, tolong bilang. Gw juga ngerti dan bisa usaha merelakan. Tapi ketika orangnya ga pernah bilang, hal tersebut akan tetap jadi hutang, dan gw merasa tidak dihargai sebagai orang yang berusaha nolong. Gw nggak berharap dapet credit dan pujian setinggi langit, tapi kan tetap ada kepantasan. By the way, ketika orangnya nggak mau bilang, uang yang tidak dikembalikan akan tetap jadi hutang, till the day they die. Sekarang gw menerapkan apa yang disinggung di artikel NPR di atas. Gw kasih uangnya sebesar gw mampu untuk ikhlas, sehingga gw nggak mengharapkan uang itu kembali. 

2. Orang yang pinjam uang karena tidak mampu mengatur uang (yang sebenarnya lebih dari cukup). Tipe ini adalah tipe yang membuat gw emosi abis, lo nggak merasa perlu mengatur uang baik-baik karena tahu bisa memanfaatkan gw. Dan by the way, yang kelakukannya begini justru biasanya orang yang lumayan dekat, semakin merasa bisa seenaknya, nggak menghargai, dan merasa entitled. Seringnya, uangnya pun bukan untuk sesuatu yang sifatnya mendasar, dan ketika sudah punya uang yang seharusnya dipakai melunasi hutang,  justru uangnya dipake bersenang-senang di mana bayar hutang bukan prioritas dengan alasan 'Ah dia kan nggak kekurangan,' as if adab berhutang tuh kayak gitu. Ibarat pinjem duit sama Jeff Bezos, itu tetap statusnya hutang yang harus dikembalikan segera, regardless how rich the lender. Coba bayangin pinjem duit ke bank dan pas jatuh tempo, 'Ya kan lo banyak duit bank,' you are finished. 

Meskipun gw membagi anatomi hutang ke dalam dua golongan, tapi tetap adabnya sama. Kasih tahu kapan ancer-ancer mengembalikan uang dan tepati, adab. Ketika punya uang ya segera dibayar. It is pissing me off when you sincerely try to help other but when they have the money they spend it frivolously, like buying gadget or traveling without attempt to repay the money immediately. Ketika ternyata belum bisa menepati janjinya, bilang, bukan pura-pura dan diam. Ganti tanggalnya lalu tepati. Btw, genuine question, kita nggak boleh ambil bunga ketika meminjamkan uang, kalau uang yang dipinjam dikembalikannya lama dan nilainya sudah berkurang, hukumnya apa?

On a serious note, ya gw bersyukur ada di posisi tidak kekurangan. 

Bottom line, when you fail to show the least respect or appreciation to people who have constantly helped you, and you find those people change; you genuinely have zero right to complain and blame those people, maybe look inward to your own behaviour is what you should do. 


p.s. kalau gw punya utang, tolong ditagih

Read More »

20 April 2025

Cerita Amerika: Pengalaman Nonton Taping The Daily Show

Berhubung gw di US buat gawe, mau main juga rada refot.  Asalnya mau main ke tempat yang deket-deket aja, ke Savannah karena masih satu state, atau ke Florida aja karena nggak begitu jauh dan sama-sama anget temperature. Siapa tahu ketemu 'Florida man,' mayan bisa buat nambah anekdot absurd. Tapi karena udah terpatri bahwasannya gw pengen noton taping Last Week Tonight, ya berarti gw kudu cus ke NY. Karena gw ga mau sia-sia, akhirnya sekalian gw cari show lain yang tapingnya juga di NY, biar bisa sekalian. Ternyata banyak juga. Tapi show yang tiketnya masih available dengan jadwal taping berdekatan dengan LWT cuma The Daily Show untuk hari Kamis, dua hari sebelum jadwal taping LWT. Pengennya sih dapet Senin ya, karena host-nya Jon Stewart, tapi jadwal nggak cocok dan jadwal Senin tiketnya udah habis karena semua orang pengennya liat Stewart.

Yowislah, iseng-iseng gw register buat nonton taping TDS, pada saat itu gw ga tau siapa host-nya. Sat-set banget prosesnya, masuk website 1iota, klik tanggal yang diinginkan lalu isi data diri, beserta alamat emaill. Setelah itu mereka akan kirim konfirmasi bahwa kamu ada dalam antrian tiket:


Lima jam kemudian, gw dapet email untuk konfirmasi kehadiran gw di TDS. Gw surprised, cepet banget prosesnya. Apakah ini rejeki orang yg sering disuruh-suruh seenaknya di mana orang yang suka nyuruh-nyuruh kalau ada di posisi gw pasti ogah melakukan hal yang sama buat gw? Oemji, I'd rather not.



Menuju hari taping, mereka akan kirim email reminder termasuk mengingatkan kalau ternyata nggak bisa datang taping, batalkan tiketnya. Calon penonton dikasih instruksi kapan mulai antri, jam berapa pintu dibuka, jam berapa mulai taping, dll. Pintu akan dibuka duluan untuk pemegang tiket VIP, yaitu keluarga atau teman dari orang yang kerja di TDS, Paramount, atau 1iota. Setelah itu barulah untuk pemegang tiket reguler. Sistem di TDS, berdasarkan yang gw tangkap, adalah mereka akan ngasih tiket di luar kapasitas studio karena sudha barang tentu akan ada orang yang ga datang. Itulah kenapa, meski udah dapet tiket, datangnya jangan sampai terlambat. Gw mulai antri sekitar jam 15 (padalah tapingnya mulai sekitar jam 18 kalau ga salah inget), dan udah ada orang yang sampai duluan dan sudah ngantri.

Ketika udah mulai ngantri, yang diperlukan adalah stamina dan kesabaran. Selebihnya tinggal tunggu instruksi pihak TDS: kapan mulai mobilisasi, kapan dibagiin tiket, kapan boleh pake toilet, kapan mulai masuk studio, etc. Akan ada sekuriti yang ngecek isi tas dan penonton kudu lewat metal detektor. Mereka bilang jangan bawa backpack, dan gw nggak tau apa yang terjadi kalau ada yang bawa backpack. Ketika sekuriti cek isi tas, dan brang yg dibawa dianggap potensi hazard, eg., tajam, barang tersebut kudu ditinggal di luar, dan nanti bisa diambil lagi setelah taping. Oiya, makanan pun ga boleh masuk studio, air doang. 

Setelah masuk studio, penonton dibolehkan buat ambil foto, selfie, atau video sebanyak-banyaknya selama acara belum mulai.  


Acara dimulai dengan crowdwork, pemanasan penonton. Ada komedian yang interaksi dan roasting penonton dan menutup sesi crowdwork dengan bilang, 'Jangan lupa antusias, ketawa yang kenceng dan tepuk tangan ya. You are the part of the show.' Oh, ternyata begini pengalaman jadi alay-alay di negeri Paman Sam. Btw, episode berikut adalah episode yang gw tonton tapingnya.




Ah, sekarang gw tahu gimana suasana studio ketika taping. Btw, itu Klepper pas monolog sekali take, meski in fairness, ya namanya juga sepuluh menit. 

Read More »

14 December 2024

When I did not get a shout-out

Just came across a blog story about moving abroad, continuing study, taking risk, getting out comfort zone using own means. It's funny how I did not get any shout-out, not a tiny bit. Despite helping with the leg works, like legalizing the paperwork (accompanied by aging mom), then circling around unwalkable city with crappy public transport to find logistics company that could deliver the documents to corner of the world (ofkors ended up crying then being picked up by younger brother). 

The story also tells the ballpark amount of the saving needed, the careful lifestyle and everything that implies all the finance coming from their end despite relatively significant amount of money I have been lending till this very moment. 

Acknowledgement will be nice.

Read More »