05 November 2016

(Bukan) Demo (Masak)

Mungkin gw pernah nulis cerita ini, tapi ya sudahlah, gw juga lupa pernah apa nggak.

Summer 2013, tepatnya bulan Juli, gw diajak temen untuk menyambangi keriaan di Nijmegen. Menurut dia, ini keriaan tahunan. Setiap tahun ada banyak panggung dan di setiap panggung nampilin performance yang berbeda. Ada banyak stall yang jual berbagai jenis makanan; India, Indonesia, Vietnam, Suriname, dll, dll. Ada juga semacem pasar malam kecil yang isinya komidi putar, cotton candy, dan sejenisnya.

Behubung bulan puasa, temen-temen makan dan gw ya planga-plongo aja. Tiba-tiba ada pria Belanda nyamperin dan bilang, 'Puasa ya?' lalu Gw jawab, 'Iya.' Tiba-tiba dia ribet sendiri dan merepet, kurang lebihnya, 'Ngapain sih puasa?' Gw paling sebel kalau udah ditanya kayak gini, mana pula kita bisa baca gestur orang kalau dia nanya karena memang pengen tahu atau nanya dan ujung-ujungnya cuma pengen ngenyek. Orang ini masuk kategori nomor dua. Gw jawab sebisa mungkin, maaf ya ukhti-akhi solehah nan soleh,mungkin jawaban gw jauh dari sempurna, tapi yaudahlah, kesempurnaan kan hanya milik Tuhan *gulung celana sampai ngatung*. Kurang lebih gw bilang ya emang bagian dari ibadah, untuk bisa ngerasaian apa yang dirasain orang-orang yang nggak punya supaya lebih bisa berempati, emang diperintahkan untuk puasa (ya emang ada di Quran), buat belajar nahan diri juga. Terus masnya, 'For me it's nonsense. Gw punya banyak temen muslim, mereka begitu waktunya buka makan kayak orang kesetanan, terus di mana pengendalian dirinya? Cuma mindahin waktu makan dan ujung-ujungnya makan secara membabi buta.' Dia masih merepetlah ngomongin soal empati lah (musti banget ya berempati sama yang kelaparan diasah pake puasa), soal religion practice dalam Islam lah, ga masuk akal lah, kalian cuma ngikutin apa yang ada di kitab suci tapi ga pernah mempertanyakan lah dan sejenisnya.

Puasa itu kan emang diperintahkan dan memang ditulis di Quran ya, jadi ketika ada orang lain yang jelas menghina atau melecehkan apa bisa dibilang menistakan Quran? Bisa jadi. Terus apa gw menggiring massa untuk berdemo? Ya nggak lah, ngapain juga shayyy, negara orang. Gw hampir lulus, kalau macem-macem salah-salah bisa dideportasi, repot aing. Akhirnya yang gw lakukan hanya ngasih penjelasan semampu gw dengan Bahasa Inggris belepotan yang entah pesannya nyampe apa enggak sama dia (sekali lagi, maaf ya akhi-ukhti nan soleh dan soleha), gw juga membenarkan poin dia kalau pas buka kita membabi ya poin pengendalian dirinya kurang dapet dan bukan seperti itu seharusnya. Soal dia bilang nonsense, ya gimana, kalau orang ga percaya Tuhan, ya kitab suci apa pun jatuhnya jadi nonsense dan gampang aja buat dia untuk ngenyek. Gw pada saat itu sedang sama temen gw, posisi dia awkward karena kalau mau belain gw dia juga nggak paham, jadi dia diam aja, setelahnya aja feel sorry about me.

Setelahnya gw cuma bisa mendoakan mas tersebut. Bukan, bukan mendoakan supaya hatinya dibolak-balik dan diberi hidayah, gw nggak sehebat itu (sekali lagi, maaf ya akhi-ukhti nan soleh dan soleha, gw nggak di level tersebut). Gw mendoakan supaya dese mencret 7 hari 7 malam karena gw kesel sama dia, setannnnn!!!!! 

Kami (gw dan beberapa temen, dan pastinya orang-orang lain yang pernah tinggal di negeri antah berantah dan jadi minoritas) sudah barang tentu pernah (atau sering?) ngalamin hal kayak gini. It hurts our feeling, nyet!! Karena orang-orang kayak gini bukan datang untuk bertanya atau diskusi, mereka emang niatnya ngenyek. Orang kayak gini, dikasih penjelasan apa pun, dikasi itikad baik apa pun bakal tetep ngenyek ajaran elo. Dan serangannya personal, sama elo. Iya, sama elo. Mengingatkan pada pejabat (baca: Ahok) yang pidato terus mulutnya ga dijaga? 

*kebaca ujung-ujungnya mau nulis tentang apa*

Terus apa gw membenarkan apa yang dilakukan Ahok? Ya nggak, lesson leraned ya buat dese, apalagi posisinya sebagai pejabat publik, ekspektasi tinggi (meski gw ga tahu apa omongannya dia dipelintir atau emang dia bener ngomong kayak gitu). Demo kemarin juga awalnya berjalan mulus kayak mukanya Katty Perry, damai, massa terkontrol, dan ada PJ sampah juga yang bawa trash bag ke mana-mana. 

Demo kan katanya bagian dari demokrasi ya, mau menyampaikan pendapat ya monggo. Tapi sedamai apa pun aksinya (meski akhirnya ricuh juga dan entah oknum mana yang mulai), pasti ada akibat jelek dari demo tersebut. Banyak pendemo yang domisilinya bukan di Jakarta dan ga bisa pulang (koordinator demonya ke mana?????) lalu gw baca di portal berita Kemenhub sampai ngeluarin armada 50 bus. Belum lagi banyak yang teriak-teriak ngejelekin atau bunuh Ahok tapi ujung-ujungnya pulang dianter TJ yang mana  hasil kerjaan Ahok (ibaratnya teriak-teriak boikot Yahudi tapi nyebarinnya via Facebook, Instagram, atau WhatsApp. Azeg kan?) dan temen gw sampai nggak bisa pulang karena jadwal TJ yang ngaco dan dalam komuting dia bergantung sama TJ (mungkin yang demo juga ga peduli sih, temen gw Cina dan bukan muslim). Dinas kebersihan mengumpulkan 75 ton sampah, emak-emak bawa anaknya usia kurang dari 3 tahun dan 8 saat berdemo, Jakarta kehilangan 5T karena nggak aktif sehari, dan investor asing tarik dara 500 M. Mantaph!!!


Tapi ya sudah, kan ya itu tadi, lesson learned buat semuanya. Kalau kata Obama (hedan ngutip Obama. Mayan kan hasil dari hobi nonton daily show America yang kadang nonsense dan ga jelas...hahahahahaha) demokrasi tentang compromise, ga ada ceritanya semua orang bisa mendapatkan apa yang mereka mau. Meski gw tau ya banyak yang pengen ini negara dikonvert jadi negara khilafah, tapi ya nggak usah halu, statusnya sampai saat ini masih negara demokrasi, jadi compromise, compromise, compromise. Kalau pada akhirnya Ahok diperiksa dan dinyatakan nggak salah, yaudah terima, ga usah bikin rusuh, ga usah ngerepotin Kemenhub, Dinas Kebersihan, dan pihak terkait lainnya, dan usah juga ngelularin statement model, 'Oh, this whole process must be rigged!!' Oke, gw tau statement terakhir ga akan mungkin keluar, cuma Donald Trump yang punya statement andalan model begitu.

Akhir kata, ya udahlah, yang ga setuju sama demo bukan berarti nerima kalau agamanya dilecehkan, yang milih buat demo juga monggo. Pun, concern kehidupan lainnya masih banyak.

No comments:

Post a Comment