17 May 2016

Hidup Bermasyarakat pun Diatur Pemerintah

Baru aja kemarin berita ini lewat-lewat di Twitter. 


Mayan rame lah di timlin, meskipun nggak serame isu-isu komunich apalah itu gw nggak ngerti. Iya, emang gw nggak ngerti, tanyalah gw beda komunis, sosialis, liberalis, etc. Makanya gw suka mempertanyakan itu ukhti-ukhti yang dirahmati Allah SWT, yang pada pegang spanduk kembali ke khilafah, hati-hati komunis, ateis, dsb...ngerti nggak ya mereka sebenernya???? :)))

Eniwei, balik lagi ke rapor indeks kemasyarakatan, gw nggak tahu ya itu nanti mekanismenya bakal kayak apa, ngasih nilainya dalam bentuk apa, parameter penilainnya gimana, gw nggak ngarti, tapi gw merasa terganggu aja dari poin malas gotong royong, malas rapat RT, malas kerja bakti, dan jarang bergaul. Apose banget gituh. Misalnya ya, malas rapat RT. Emang semua warga musti aktif ikut rapat RT? Markas RT-nya aja paling seiprit segede upil, yaudahlah pasti udah ada perwakilan juga, ribet amat semua musti ada di rapat RT. Nanti bahas persoalan remeh-temeh nggak penting jadinya panjang nggak kelar-kelar kebanyakan orang. Ini gw ngomong apa sik sebenernya?



Dan pas baca twit di atas, jujur aja gw....tersinggung. Tapi nggak berani bales/mensyen sama RK, takut nanti diquote sama dese (ge-er banget gw!!) terus nanti fans garis kerasnya dia ngebuli gw (ge-er banget gw!!). Ih males banget. Aku kan orangnya cemen dan tidak bermental baja seperti idolaku Syahrini yang merupakan #WanitaManjaTiadaAdaWaktuMikirinYangTakAdaFaedahApalagMikirinOrangLain, gw sih lebih baik menghindari hal-hal sedemikian. Conflict aversion banget nggak tuh gw? Pret ah. 

Kenapa coba tersinggung? Soalnya gw sadar betul gw bukan orang yang aktif bersosialisasi/bermasyarakat (di lingkungan rumah), tapi gw tidak pernah, sekali lagi, TIDAK PERNAH mengaggap hidup aktif bertetangga itu tidak penting dan rese. Sesederhana, gw bukan tipe orang kayak gitu dan gw nggak akan pernah bisa dipaksa untuk jadi orang yang seperti itu. Twitnya dese jadi terkesan nuduh bahwa orang yang nggak aktif bermasyarakat/individualis pasti melihat kehidupan aktif bermasyarakat itu nggak penting. Bok, gw tau betapa pentingnya koneksi sosial, nggak perlulah ilmu setinggi langit atau mengeluarkan multiple results of many experiments in social connection untuk sadar hal ini, tapi ngapah sih sampai perlu diatur oleh pemerintah? Dan sejauh apa kebutuhan sosial dari tiap individu itu bisa beda #IntrovertMode:OnFire.

Hal lain yang bikin kesel adalah soal nilai hidup individualis. Kok kesannya punya nilai hidup yang individualis jadinya negatif ya? Mo individualism kek apa collectivism kek, kenapa nggak diliat sebagai spektrum yang netral aja sik. Dua-duanya nggak akan bagus kalau dipraktekkan secara berlebihan. Kayak misalnya di Asia iya emang nilai collectivism-nya lebih kental, tapi emang ada yang salah dengan individualism? Lah, gw rasa, justru  gara-gara kultur collectivism yang terlalu kental, makanya keluar istilah sticky rice, iya nggak? Di mata orang barat, orang Asia pada umumnya tuh udah kayak sticky rice, punya kecenderungan maunya bareng-bareng nempel satu sama lain dan lebih parahnya cenderung cuma  mau sama yang berasal dari negara yang sama. Apa coba ini akarnya kalua bukan collectivism berlebihan *ini gw ngomong apa sih sotoy berat. tolong yang punya teori-teori sosiologi/pskologi/antropologi gw diluruskan supaya tidak meracau ngasal*

AING NGOMONG NAON SIH??

Pokoknya aku tercinggung. Karena gw sadar pentingnya koneksi sosial tapi gw juga sadar kebutuhan tiap orang akan hal ini bisa beda-beda. Kalau tujuan utamanya memerangi narkobus atau terorisme, kenapa harus sampai sejauh itu dibikin rapor segala sih? Lalu katanya kalau rapor merah ya nggak ada sanksi, tapi pelayanan RT/RW akan mendauhlukan mereka yang rajin bermasyarakat. Kok cedih ya, ibarat emang hidupnya beneran sibuk dan udah habis di kantor dan kegiatan lain terus jadi ga rajin bermasyarakat terus walhasil ga bisa dapat pelayan RT/RW yang paripurna, kan ga adil juga.

Terus kalau ada rapor/penilaian, biasanya fokus bergeser, bukan lagi demi program pengawasan berjenjang untuk memerangi narkobus dan terorisme, yang ada demi mengejar nilai rapor yang biru. Mungkin banget tetep kecolongan di segi narkobus dan terorisme. 

Terus gini, pernah liat telenovela nggak? Apalah Maria Mercedes kek, Marimar kek, Maria Cinta yang Hilang kek, Marisol kek, apalah pokoknya, merhatiin nggak mereka biasanya tinggal di lingkungan yang kayak apa? Satu yang pasti, hampir semua tetangganya tukang gosip. Kenapa hampir semua? Karena biasanya ada satu tetangga yang baik hati bak ibu peri, kasi masakan atau minjemin duit saat tokoh utama sedang kere-kerenya. Ya emang sih namanya juga telenovela, lebay. Cuma ibaratnya lo nggak nyaman bersosialisasi dengan kebanyakan orang di lingkungan rumah karena pada akhirnya lebih banyak bergunjing dan tiada ada faedahnya, ya ngapain juga? 

Gw jadi inget jaman kuliah dulu, biasalah argumen antara pentingnya/nggak pentingnya jadi anggota himpunan (dulu rasanya hal ini krusial banget pas masih mahasiswa, sekarang kalau nengok ke belakang? dih! kayak nggak ada concern yang lebih penting aja :P). Gw inget ada senior,  tapi gw lupa siapa orangnya, pokoknya di saat kebanyakan orang koar-koar betapa pentingnya berhimpunan, dia dengan wolesnya bilang, 'Poin pentingnya bukan soal berhimpunan atau tidkanya seseorang, tapi punya wadah/tempat nggak orang itu.  Kalau dia milih tempat lain, misal unit atau kegiatan di luar kampus, ya nggak apa-apa.' *tepuk tangan berdiri* Jadi ya selama dia punya 'wadah' yang bikin dia nyaman ya biarkanlah, nggak musti pol-polan dan jor-joran juga di lingkungan rumahnya.

 AING NGOMONG NAON SIH?? KENAPA JADI MELEBAR KAYAK BODI?!?!

Intinya, gw (dan pasti banyak orang lainnya) sadar pentingnya koneksi sosial dan pengawasan berjenjang soal narkobus dan terorisme, tapi gw nggak suka kalau sampai harus pemerintah masuk-masuk dan ngatur gimana seharusnya individu hidup bermasyarakat. Terlebih sampai diraporkan dan diberi penilaian oleh masyarakat lainnya. Masyarakat nggak diminta kasih penilaian soal orang lain aja polisi moral udah di mana-mana, ngok.   

p.s. video bagus di TED tentang koneksi sosial.


2 comments:

  1. "Makanya gw suka mempertanyakan itu ukhti-ukhti yang dirahmati Allah SWT, yang pada pegang spanduk kembali ke khilafah, hati-hati komunis, ateis, dsb...ngerti nggak ya mereka sebenernya???? :)))" --> hilarious!!!

    kalo udah keren, banyak duit, pinter, dll walaupun bukan anggota himpunan pasti temennya banyak juga kok :))))

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya iyalah, keren, banyak duit, pinter, yang ada semua pada nyamperin dengan sendirinya...bbzzzttt

      Delete