Kebangun tengah malem. Ini akibat bobok terlalu cepet dan sekarang malah
jadi nggak ngantuk #KZL, jangan percaya waktu posting tulisan ini, itu ngaco :))) . Oiya, pasti pernah kan ya beli buku terus entah kenapa
sampai berbulan-bulan atau bertahun-tahun belum dibaca sama sekali, padahal
nggak sibuk-sibuk amat. Atau beli buku udah lama banget nggak tamat-tamat
padahal bukunya nggak jelek-jelek amat. Atau ada juga beli buku udah
berbulan-bulan, nggak tamat-tamat akibat –ya ampun- itu buku termembosankan.
Nah, yang terakhir ini lagi terjadi sama buku Anne Frank Diary of a Young
Girl. Tau kan ya ini cerita femeus abis. Tentang bocah Yahudi yang tinggal di Amsterdam
saat rezim NAZI berkuasa. Gw nggak tahu banyak tentang detail kisah si Anne
ini, gw cuma tahu dia ini Yahudi, diuber NAZI, sembunyi di secret annex di Amsterdam
(rumah temen kantor bapaknya), ketauan, masuk kamp konsentrasi dan meninggal. Oke,
pretty much heratbreaking isn’t it? Bocah masih belasan tahun, ya umur SMP. Terus
yang menggemparkan dunia (padaha biasa aja yeeee) karena bocah ini punya diari
dan dia banyak menulis diari ketika tinggal di secret annex tersebut. Wowww, perlu
dibaca karena terdengar menarik.....tapi berakhir jadi buku termembosankan
level 758593 yang pernah gw baca.
Belum tamat sih baca bukunya. Belum tamat dan nggak akan pernah tamat, aku
nggak sanggup. Scrolling timeline twitter masih lebih maslahat daripada baca
buku ini. Gw baru baca lima puluh halaman awal. Di awal di nyeritain tentang
kehidupan dia secara umum (bosenin), naksir cowok (nggak penting), berantem
sama kaka perempuannya (meh), nilainya jelek di sekolah (makanya rajin belajar
dong!!), dan curhatan lain ala bocah SMP pada umumnya. Pas sampai di poin di
mana bapaknya bilang bahwa mereka harus sembunyi lebih awal –yang mana di luar
rencana- gw pikir ketegangan akan meningkat, taunya nggak sama sekali. Duh,
pret!!! Setelah sembunyi di secret annex sampai halaman lima puluh yang sanggup
gw baca, isi diari tetep ampun nggak penting. Deskripsi secret annex lah, aduh
banyak debu, aduh perlu perbaikan, aduh kenapa aku selalu salah, kenapa kakak
gw selalu benar, kenapa host family gw nyebelin banget (udah bagus ada yang mau
nampung, itu orang pasti hatinya seputih salju tauk!!!!), baru beli persediaan
makanan berupa sekarung kacang yang pas digotong jatuh dan bertebaran di bawah
tangga, lalu...ZZZzzzZZZz *sarewelah*
Awalnya gw mikir apa gw terlalu berdarah dingin and wasn't moved by this
diary? pasalanya review di Goodreads itu bagus, di atas 4. Review lain pun
bagus di atas 4. Terus seperti manusia lain pada umumnya, harus dong nyari
justifikasi buat dirinya, maka carilah reviewer kampret cem gw yang merasa buku
ini termembosankan. Sampailah gw di sini. Kumpulan orang yang ngasih satu
bintang di Amazon. Gila, langsung bahagia. Ada yang sepemikiran, aku tidak
gilaaaaa!!!! Setiap baca komennya, gw nyaut dalam hati ‘iya banget ini!!!!,’
atau ‘ini dia hal yang pengen gw katakan,’ sampai ada salah satu komen ter
epic. Cuma lima kalimat pendek tapi mendeskripsikan buku secara tepat.
So, it means i have no brain cell at all?? kurang ajar!!! :))))) |
Temen gw bilang kalau dia pernah ke museumnya. Di sana ada kutipan buku ini yang bagus. Hmmmm, entah gw belum sampai di bagian yang bagus (yang gw rasa sih nggak ada *jahat*). Atau mungkin bagian yang agak lumayan afterwordnya? Afterwordnya pasti yang nulis bukan Anne kan? *tetep jahat*
Poinnya bukan gw tidak bersimpati dengan apa yang terjadi pada Anne,
poinnya ada di diari yang dia tulis itu super nggak penting dan nggak perlu
dibaca. Googling untuk tahu apa yang sebenarnya terjadi dan untuk memuaskan
rasa penasaran jaaaaaaaaaaaaaaaaauuuuuuuuuuuuuuhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh lebih
baik daripada buku ini. Save your money, kalau masih penasaran, cari versi
bajakan aja gih sana di interenet.
No comments:
Post a Comment